Perpanjang Paspor Hanya 45 Menit!

Halo readers, terima kasih ya sudah mau mampir ke blog yang udah lama gak di update ini. Ternyata, ngupdate sebulan sekali dan konsisten itu susahnya minta ampun ya.

Oke, saya mau info dulu, sekarang ini Imigrasi tidak lagi menggunakan istilah perpanjang paspor namun penggantian paspor baru yang sudah habis. Selanjutnya kita pakai istilah itu supaya gak salah lagi ya.

Perpanjang paspor hanya 45 menit ini bukan judul yang provokatif namun memang nyata adanya. Saya hanya menghabiskan 45 menit di kantor Imigrasi Klas I Bandung untuk proses penggantian paspor baru dengan mengikuti prosedur yang baik dan benar menurut aturan yang berlaku. Tentunya ini di luar waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan nomor antrian pendaftaran dan balik lagi ke kantor Imigrasi untuk ambil paspornya ya.

Ada persiapan yang matang untuk sebuah perjuangan. Ya, perpanjang paspor bukan perkara mudah, banyak orang yang tidak tahu alurnya dan juga aturannya sehingga perkara pembuatan paspor terlihat sangat sulit sekali sehingga membutuhkan pertolongan calo. Ini saya bantu berdasarkan pengalaman hari ini ya. Keep reading!

Pra Pendaftaran (Perjuangan dimulai di sini!)

Sekarang, gak ada lagi walk in registration untuk kita kita dengan usia produktif kecuali balita dan manula. Maka, silakan luangkan waktu dan paket data kamu untuk membaca persyaratan pendaftaran melalui online. Gimana caranya daftar online?

  • Daftar online bisa melalui aplikasi (bisa diunduh di android dan iOS) atau situs https://antrian.imigrasi.go.id/ akses akan lebih mudah jika kamu punya akun google.
  • Siapkan e KTP (tahun pembuatan 2009 ke atas), masukan data sesuai KTP dan voila, pembuatan akun untuk antrian pun selesai. Lah, trus daftar antriannya gimana? Klik aja buat permohonan sesuai dengan kantor Imigrasi yang terdekat dengan tempat tinggal kamu. Saya sih pilih kantor Imigrasi Bandung tentunya.
  • Catatan pentingnya adalah, pendaftaran nomor antrian hanya bisa dilakukan setiap Jumat mulai jam 14.00 dan Minggu mulai jam 16.00 untuk proses pembuatan/penggantian paspor di minggu berikutnya (bisa pilih hari dan jam, pagi atau sore). Di luar jam itu mohon maaf tydac bisa gengs :(. Saya pilih pagi dan dapat jam antrian 10.00 – 11.00
  • Setelah berhasil daftar sesuai dengan tanggal dan waktu yang dikehendaki kamu akan dapat notif. Fotonya bisa diliat di twit saya berikut ini https://twitter.com/dailydewi/status/1149216674949681152

Oke, pendaftaran nomor antrian selesai, lanjut ke perjuangan berikutnya. Fasten your seat belt!

Persiapan dokumen

Untuk penggantian paspor karena habis, dokumen yang wajib di bawa dan di fotokopi adalah e-KTP dan paspor lama. Kayak gampang ya? Orang suka kecele tapinya, karena Imigrasi punya aturan sendiri soal gimana format fotokopi yang baik dan benar atas kedua dokumen tersebut. Kayak gimana sih? Lihat di tweet saya yang ini : https://twitter.com/dailydewi/status/1149225416357322752 Jangan sampe salah karena kalian hanya akan habis waktu di pemberkasan cuman gegara salah format fotokopi. Males kan?

Satu lagi yang harus disiapkan. Tulis nama lengkap Ayah dan Ibu kandung lengkap dengan kewarganegaraan dan tempat dan tanggal lahir beliau dalam catatan kecil. Ini diperlukan untuk pengisian form di hari H. Jangan lupa bawa materai 1 lembar untuk pernyataan.

Baca ini dengan seksama dulu ya!
Baca ini juga plis!

Hari H (Tibalah waktu yang ditentukan!)

Di hari H, dandan yang cakep, pake baju formal yang rapi dan enak dilihat. Kamu mau pemotretan 5 tahun sekali, jangan sampe gagal dong! Tipsnya : Taruh semua persyaratan/dokumen di satu kantung khusus biar gak ribet buka tas, buka dompet dsb. Alurnya :

  • Dateng 15 menit sebelum waktu yang ditentukan.
  • Samperin petugas pendaftaran dengan menunjukan QR code dan kode pendaftaran. Petugas akan mencatat semuanya dan meminta kamu menunggu menuju petugas berikutnya yang akan mengecek semua kelengkapan berkas. Ini memakan waktu 15 menitan (karena memang banyak yang antri)
  • Petugas yang mengecek berkas akan memanggil kamu. Setelah berkasnya lengkap, kamu akan diberi 2 lembar form untuk diisi. Satu form pernyataan dengan materai dan satu form kelengkapan data diri lengkap dengan info nama, ttl dan kewarganegaraan kedua orangtua kamu. Semakin cepat kamu isi, semakin cepat prosesnya. Karena setelah pengisian, kamu harus ke loket berikutnya untuk mendapatkan nomor antrian interview dan rekam biometrik.
  • Di loket berikutnya, petugas ngecek lagi apakah form yang kamu isi sudah benar atau belum dan apakah ada yang terlewat atau tydac. Di sini, QR code nomor antrian kamu akan discan. Jika sudah aman, nomor antrian pun kamu dapatkan! Saya dapat selang 3 nomor dari antrian yang sedang berjalan. Cepet ya?
  • Saya dapat loket nomor 8 untuk interview, foto dan biometrik. Petugasnya heran kok visa saya banyak banget dan beda beda negara. Takjub kali nih orang kerjanya apaan jalan jalan mulu. Haha. Saking dia penasarannya, saya harus menyertakan surat keterangan kerja saat pengambilan paspor nanti. Yha bhaiqueee!
  • Selesai itu semua, petugas pun memberikan lembaran invoice untuk pembayaran. Paspor 48 halaman biayanya 350K ya. Bayarnya bisa di bank atau di kantor pos depan kantor. Saya pilih di kantor pos depan kantor aja, ribet kalo harus ke bank lagi. and it’s DONE! Persis 45 menit lho, secepat itu gengs!

Paspor bisa diambil minggu depan dengan menunjukkan bukti pembayaran dan surat keterangan kerja. Gak semua orang kayak gini sih, cuman saya anomali aja keknya ya. Haha.

Gimana, cukup membantu kan? Kalo ada yang mau ditanyakan, tulis di kolom komentar atau colek saya di twitter dan instagram. 🙂

Standarisasi Sukses

Udah lama saya gak update tulisan yang isinya pemikiran dan gagasan. Sepertinya topik ini cocok ya buat pembuka 2019? Tetiba saya ingin menuangkan tulisan ini karena terinspirasi oleh hal hal yang saya dengar dan saya baca selama libur tahun baru beberapa hari lalu.

Saya di St. Peter’s Church, Munich Februari 2019

Seringkali saya mendapatkan pertanyaan, lo udah punya apa hasil kerja bertahun – tahun? Posisi lo apa? Lo gak pengen punya bisnis sendiri? Pertanyaan yang sejatinya sebuah basa basi namun terdengar sungguh intimidatif. Akhirnya orang males buat jawab sejujurnya karena mungkin merasa tidak percaya diri dan menganggap bahwa dirinya tidak masuk standar sukses dari sang penanya.

Standar sukses buat saya adalah pencapaian. Tidak harus berupa materi atau jabatan, cukup dengan sebuah pengakuan. Dalam menyelesaikan sesuatu tentunya kita semua punya tolak ukur atau lazim disebut KPI dalam bahasa manajemen. Tapi tentunya KPI aja gak cukup, harus kita lengkapi dengan soft skill yang mungkin belum tentu semua orang punya dan semua orang paham.

Hampir lima tahun belakangan, saya seringkali mendapatkan kritik bahwa kemampuan leadership saya kurang ditambah lagi katanya saya kurang detail. Kedua hal yang terlihat oleh ‘mereka’ sebagai kelemahan itu selalu dianggap sebagai batu sandungan untuk saya melangkah ke tempat yang lebih tinggi (menurut mereka). Ditambah lagi penghakiman bahwa mood saya mudah berubah ubah sehingga saat berkomunikasi dengan saya, orang lain (termasuk mereka) harus ekstra hati hati supaya saya tidak merasa tersinggung. Hal ini mereka dapatkan saat hasil assesment saya keluar. Tak ada yang salah dari itu semua, sayapun menerimanya dengan lapang dada. Saya gak mudah baper atau pundung. Kesemua hal itu tidak menyurutkan langkah saya yang tentunya kepengen tetep sukses menurut standar saya.

Lalu saya tiba pada sebuah hari di mana lebih dari satu orang mengatakan bahwa saya menginspirasi mereka. Kok bisa? Saya dengan kelemahan yang menurut ‘mereka’ akan susah meraih sukses ternyata membuat orang terinspirasi? Pas saya tanya, hal apa dari dalam diri saya yang membuat kalian berbicara begitu? Mereka bilang, “You’re one of the coooolest women i’ve ever met! You’re not one of those fake people, you are real. A real gangster!” Dan 3 paragraf berikutnya yang isinya menyebutkan kurang lebih hal yang sama. Tanpa sadar air mata jatuh di pipi setelah mendengar itu. Saya belum pernah merasa seistimewa ini. Semoga mereka mengatakannya dengan tulus, jikalau pun tidak, ya gak apa, setidaknya sudah membuat saya semakin bersemangat dari hari ke hari.

Yes, inilah arti sukses yang sesungguhnya buat saya. Menjadi inspirasi buat orang lain. Tidak harus punya jabatan tinggi, tidak harus punya rumah dan mobil mewah, bukan artis, bukan pulak pejabat apalagi perusahaan. Leadership dan detail? Gak terlalu berperan di sini. Kuncinya? Tetaplah menjadi diri sendiri dan tunjukkan pada semua orang bahwa kamu layak. And everything will be paid off, dibayar lunas!

Once again i said, i believe it’s earn, not given.

Austin, Texas, USA, 9 Maret 2019

Ribuan Purnama Mencari Perawatan Kulit Terbaik

Buat kamu yang punya kulit indah, bagus dan cerah, mungkin hidup terasa lebih mudah karena nyaris tidak ada kesulitan berarti untuk meluangkan waktu merawat wajah. Buat saya, perjuangan ngurusin yang namanya kulit wajah adalah hampir seluruh hidup. Iya, kulit saya kusam, pori pori besar, berminyak, warna kulit tidak merata dan mudah berjerawat. 

Saya ingat pertama kali merasakan wajah yg ‘bermasalah’ yaitu saat kelas 6 SD. Dahi saya bruntusan dan tidak hilang hanya dengan sekedar mencuci muka pakai sabun. Perjuangan berikutnya datang saat haid pertama kali. Wajah saya tetiba berjerawat di dahi dan disekitar pipi. Ditambah saat itu haid saya tidak lancar. Mamah ngajakin ke dokter kandungan dan juga ke dokter kulit. Oleh dokter kandungan, saya diberi obat (lupa lagi namanya) untuk memperlancar haid yang setelahnya saya merasakan nyeri hebat setiap haid datang. Setelah itu kami ke dokter kulit di Jalan Veteran. Dokternya udah senior, spesialis pulak. Beliau bilang, “Jerawat itu biasa kok buat perempuan. Yang penting kamu jangan stress dan harus tetap percaya diri ya.” Kata kata yang sangat powerful bagi remaja kayak saya dulu. Memang betul, saat itu saya betul betul gak pede. Saat teman teman cewek saya mulai dandan dan pakai kosmetik ringan, saya gak ikutan. Saat temen temen pada punya pacar, saya jomblo, sampe sekarang.. loh.. 😂😂😂

Lanjut ke masa SMA awal, jerawat hampir gak pernah absen nangkring di wajah. Ukurannya besar, merah, perih dan ada nanahnya. Tempatnya selalu beda beda, suka suka dia aja gitu mau nemplok dimana. Kadang deket bibir, kadang deket idung, kadang di tengah tengah pipi, gede banget, dan sampe sekarang masih ada bekasnya. 🙁

Di masa SMA ini saya mulai kenalan dengan krim yang diklaim dapat menghilangkan jerawat dengan cepat. Belakangan baru tahu bahwa krim itu kandungan logam beratnya sangat besar dan akan merusak organ tubuh lainnya jika digunakan secara permanen. Saya menggunakan krim itu cukup lama, sampai kuliah tingkat akhir tapi belang betong. Jika saya absen lama pakai krim itu muka saya langsung kering dan bruntusan sewajah wajah. Saya panik dan akhirnya selalu balik lagi ke krim itu. Saya dulu gak ngerti sama urusan skin care dan mungkin gak care juga sih sama sekali sehingga membawa saya ke keadaan kulit saya saat ini.

Tahun 2008 – 2009 temen kakak saya yang dokter kulit sedang eksperimen bikin skin care utk wajah berjerawat, saya jadi salah satu pencobanya. Saat itu positif thinking aja, bismillah semoga ini bisa membawa saya ke arah yg lebih baik. Saya nurut akan cara pakai dari rangkaian skin care itu. Sebulan pertama breakout parah! Jerawat gede gede dan merah bernanah muncul di seluruh wajah. Saya tapi tetap pede, karena hal ini sudah diinformasikan sebelumnya. Saya harus pakai terus sampai habis. Bulan kedua kondisi kulit semakin membaik dan tekstur semakin halus. Wajah saya pun tak berminyak lagi padahal seharian ribet di kantor. Saya optimis ini akan jadi pencarian terakhir saya. Ternyata, sang dokter harus sekolah lagi ke luar kota sehingga tidak sempat untuk membuat rangkaian skin care tersebut. Saya patah hati, ditinggal pas lagi sayang sayangnya 🙁 akhirnya, saya kembali lagi ke krim krim kecantikan gak jelas.

Perjalanan on off pakai krim krim gak jelas itu berakhir di tahun 2012. Saya udah capek ketergantungan, saya ingin “merdeka”. Alhamdulillah saat itu saya dapat rezeki untuk berangkat umroh di bulan Mei. Di Tanah Suci, sebaiknya tidak menggunakan kosmetik berlebihan dan sederet larangan lainnya. Saya pun bertekad, gak akan bawa krim krim yang bikin ribet itu, saya hanya mau pakai pelembab olive oil saja yg kita tahu berlimpah jumlahnya di Arab Saudi. Walaupun olive oil pertama yang saya aplikasikan ke wajah bawa dari Indonesia.

Saat itu media sosial lagi seru serunya, internet sudah mulai stabil di akses dari mana mana. Saya pun mendapatkan cukup informasi bahwa khasiat olive oil bagi kulit itu cukup banyak. Saya berdoa dalam hati, “Ya Allah, saya udah capek sama yang namanya gonta ganti krim wajah, sekarang terima aja deh apapun yang Allah kasih.” Dan salah satu titipan doa dari seorang bocah anak bubos bernama Nares pun mengkonfirmasi doa saya. Dia nulis gini :

Sweetest “titipan doa” that i ever had

Nangis haru banget pas baca ini. Saya peluk Nares sambil bisikin, Aamiiin Nares, makasih banyak ya :’). 

Di Tanah Suci saya betul betul hanya menggunakan olive oil sebagai pelembab wajah. Dan, alhamdulillah ini jerawat satu persatu kempes dan menghilang dari wajah saya. Efek sampingnya jerawat memang hilang namun wajah saya jadi amat sangat berminyak dan pori pori semakin besar dan nyata terlihat. Ya gak apa apa, toh doanya kan biar jerawatnya gak numbuh lagi. Dan itu yang dikabulkan oleh Allah. 

And the rest is history. Saya memang udah gak pake lagi krim jahat itu, saya beralih ke krim yang dijual bebas aja tapi tentunya terdaftar di BPOM supaya ngerasa aman. Iya, saya gak punya budget sebesar itu untuk konsultasi ke dokter secara rutin. Capek. Gak terhitung berapa banyak merk yang saya coba agar kulit saya bisa sedikit saja lebih baik dari sebelumnya.

Sampai saat ini pun saya masih berjuang untuk perbaikan yang sedikit saja itu. Bedanya, saya sekarang sudah menerima total akan kondisi kulit yang memang sudah takdirnya seperti ini. Serunya, saya jadi semakin eksplor pengetahuan soal istilah istilah yang dipakai oleh beauty influencers dan juga mulai sedikit sedikit mengaplikasikannya. Ilmu gak ada manfaatnya kalo gak digunakan bukan?

So readers, tetaplah penasaran tapi tetap menerima kondisi kulit kamu apa adanya ya.  Karena gak ada hal yang lebih membahagiakan daripada bersyukur atas ciptaan Yang Maha Kuasa. Kalo kamu punya pengalaman lebih seru, please share!

Trip Taman Nasional Komodo 2 Hari 1 Malam, Hari Kedua

Hai! Sudah baca postingan sebelumnya? Belum? Baca dulu di sini ya. Saya kasih foto semalam ditemani bulan sabit dan 2 kapal lainnya.

Pemandangan malam itu

Sang Kapten bertanya, “Mba, besok mau jalan jam berapa?” Saya teruskan pertanyaan itu ke para bule bule, mereka bilang, “Dewi, saya jam 6 aja udah bangun kok!” Shiaapp gengs. Oiya, saya lupa kasih tips ke pembaca semua. Jika berniat akan menginap di kapal, masukin list untuk bawa jaket dan selimut tipis ya. Angin laut saat itu kencang dan dingin banget!

Jam 5 subuh, langit sudah terang. Saya baru ngeh bahwa kami ternyata menginap di salah satu teluk di Pulau Komodo. Kami satu persatu terbangun dan salah satu kapal yang menginap bareng kami sudah berangkat duluan entah kemana. Kami lalu bersiap siap untuk petualangan berikutnya, ke Pulau Padar, Manta Point dan Pulau Kenawa.

Sarapan pagi yang disediakan oleh kru kapal berupa roti goreng dengan selai. Tambah teh manis rasanya lebih nikmat, apalagi di kapal. Hehe. Kami lalu ngalor ngidul ngobrol soal pengalaman tidur semalam di kapal. Tidur ditemani langit penuh bintang sungguh langka bukan? Selesai sarapan, para bule pindah ke deck atas lagi untuk menikmati pemandangan pagi hari yang menyegarkan. Langit agak mendung saat itu, tapi sinar matahari sangat indah terlihat di balik awan.

Menikmati suasana pagi

Matahari di balik awan

“Mba, liat tuh, ada lumba lumba!” seru sang kapten. Lamunan saya langsung buyar dan bergegas ke salah satu sisi kapal untuk melihat lumba lumba. Iiiiiiih, banyaaaak! Mereka loncat loncat di pinggir dan depan kapal kami. Ya ampun merebes mili lagi. Terakhir kali liat lumba lumba langsung di habitatnya beberapa tahun lalu bersama beberapa teman di Teluk Kiluan, Lampung. Kami harus naik kapal jukung dan berlayar jauh untuk ketemu lumba lumba. Kali ini saya gak sempet ambil kamera buat mengabadikan momen. Ya sudah, setidaknya itu nyata.

“Mba, tuh Pulau Padarnya. Nanti mba mendaki sampai puncaknya. Kuat gak?” Tanya kru kapal. Saya menoleh, Pulau Padar keliatan sama aja dengan pulau lainnya kok ya. Cakepnya di sebelah mana? Pikir saya. Ah tapi sudahlah, pasti dari atas bakalan keliatan indahnya. “Siap mas! Kemarin aja saya mendaki di Rinca kuat kok!” Jawab saya sambil nyengir. Krunya cuman mesem mesem aja. Lalu kapal berhenti sebelum kami sampai dermaga. Saya langsung mengerti, kami harus naik “taksi” lagi dan bayar 20K untuk sampai ke Pulau Padar. “Lagi surut nih, mba.” Kata sang kapten. Baiiik! Semuanya nenteng sepatu karena takut kebasahan di pantai. Kami berdelapan naik kapal kecil yang disebut “taksi” tersebut sampai ke bibir pantai.

Kami disambut oleh seorang bapak petugas Taman Nasional yang duduk di belakang meja. “Ok guys, you have to pay 190K each. Your yesterday ticket not valid this day.” kata bapaknya. Para bule paham lalu mengeluarkan uang. “Mba, guide-nya ya?” kata bapaknya. Saya senyum, “Bukan pak, saya juga sama, turis kayak mereka.” Bapaknya ngangguk ngangguk, “Kalo gitu mba bayar 50K aja, biar biaya parkir kapal yang bayar bule bulenya.” Saya iyain aja, dalam hati, gantian deh ntar “taksi” kami semua saya yang bayarin aja. Gak enak kan walau para bulenya gak ngerti apa yang diomongin oleh kami. Okeh, here we go, hiking di Pulau Padar!

Photo point pertama Pulau Padar

Tangga yang harus kami lalui untuk mencapai photo point kedua

Jalurnya mengerikan gak sih?

Tangga lagi dan lagi

Hey, it’s me!

Oke, inti dari perjalanan menuju pemandangan indah ini adalah rajinlah berolahraga atau kamu akan ngerasa dikit lagi jantungnya copot setelah melihat tangga tangga ‘mengerikan’ di foto tadi. Hahaha.. Apa sih yang gak butuh perjuangan saat ini? Bahkan ketemu pemandangan cakep aja usahanya harus keras banget lho.

Saya gak sanggup untuk naik ke puncak terakhir karena alasan si jantung mau copot ini. Kata bule bule itu, gak terlalu sepadan antara usaha dengan pemandangan untuk naik sampe atas. Titik paling indah untuk indah untuk lihat pemandangan adalah di tempat saya di foto barusan. Setelah puas foto foto, saya dan bule bule cewek turun bareng menuju kapal. Di jalan kami mengobrol panjang lebar. Bahas mulai dari bahasa sampai makanan dan gak berasa tau tau udah sampai pantai lagi. Ternyata di pantai udah ada si cowok cowok bule nungguin kami. Gak pake nunggu, kamipun langsung menuju kapal untuk lanjut ke Manta Point.

Ngapain di Manta Point?

Ya ketemu Manta lah. Manta itu apa? Orang Indonesia menyebutnya ikan pari. Pernah nonton film Finding Nemo gak? Manta itu si Ray pengasuh sekaligus pengajar anak anak ikan di coral reef barengan Nemo. Yg guede item kayak layang layang itu lho.

Ini dia Mr. Ray di film Finding Nemo

Di perjalanan menuju Manta Point, kami melihat penyu 2 ekor. Penyunya parkir aja gitu warna cokelat melayang layang di air. Kirain bantal ngapung, taunya penyu.

Manta Ray!

Di titik pertama kami tiba, hanya ada 1 manta yg seliweran. Nyebur jadi berasa sia sia.. haha.. Lalu, kapten kapal mengajak kami untuk menuju titik berikutnya, dan napas saya tercekat, mantanya banyak banget. Ya Allah seneng banget liatnya. Saya sampe bikin banyak video untuk mendokumentasikannya. Kaki kepanasan bodo amat yang penting seneng ketemu Manta. Norak ya? Sang kapten bilang, “Mba, ini rezekinya mba loh, mantanya banyak banget. Biasanya kami hanya nemu 2 ekor, itupun susah stengah mati nyarinya..”. Whoaaa!

Pencari Manta Ray

Dan, ketika kami memutuskan untuk pulang, di ujung jalan kapal sebelah teriak teriak gak jelas, “Weeeell… dats weeeell..” Saya tanya ke kapten, “Apaan tuh?” Beliau jawab, “Paus, mbaaaa..” Ooooh, maksudnya whale. Yhaaa gile, dapet bonus paus! Sang kaptennya sama senengnya sama saya karena beliau jarang jarang ketemu paus juga ternyata.

Kesimpulannya, kami dapet banyak rezeki ketemu hewan hewan yang biasanya susah ditemui. Entah betul atau cuman akal akalan ranger dan kaptennya aja biar ceritanya seru dan kami jadi seneng. Tapi saya ya beneran seneng sih. Kalo misalkan saya batalin tiket ini, entah kapan saya bisa meliburkan diri untuk ke Labuan Bajo lagi. Kalo saya batalin tiket ini dan ganti tanggal, saya belum tentu bisa seberuntung kemarin ketemu banyak hewan yg katanya susah banget ditemui.

Sehabis makan siang dengan menu yang sama persis dengan kemarin kami berangkat ke tempat selanjutnya. Tujuan terakhir Pulau Kenawa ternyata gak terlalu bikin kami seneng. Karena buat saya, pulau dengan pemandangan kayak gitu udah beberapa kali saya lihat di Karimun Jawa dan Kepulauan Seribu. Dan, di Pulau Kenawa ternyata kami harus bayar tiket masuk. Para bule melirik saya sambil bilang, “Again?”

Pulau Kenawa

Dermaga Pulau Kenawa

Selesai nyebur nyebur bentar di pulau ini kami pun memutuskan untuk pulang ke Labuan Bajo. Di arah kami pulang, awan mendung bergelayut seperti siap hujan dan ditumpahkan sekaligus. Dalam beberapa saat, hujan pun turun dan kami sama sama “terjebak” di deck bawah sambil disuguhi pisang goreng. Bule Spanyol penasaran sama cara buatnya. Buat dia, ini pisang goreng terenak. Dia gak tau aja di abang penjual gorengan deket rumah saya bisa lebih enak lagi.

Kapal pun merapat di pelabuhan Labuan Bajo yang masih diguyur hujan rintik rintik sekitar pukul 4 sore. Kami pun berpisah dengan ucapan selamat tinggal dan sampai jumpa lagi. Saya berjalan kaki menuju hotel untuk mandi dan beristirahat. Besok saya harus pulang dan kembali ke dunia nyata tempat di mana waktu berjalan lebih cepat.

Selanjutnya, liburan kemana lagi yha?

Trip Taman Nasional Komodo 2 Hari 1 Malam, Hari Pertama

Kamu udah baca kan postingan saya tentang trip Labuan Bajo 4 hari 3 malam di sini? Nah, saya akan cerita lebih dalam lagi mengenai trip ke Taman Nasional Komodo selama 2 hari 1 malam dan menginap di kapal.

Tahukah kamu, Taman Nasional Komodo adalah sebuah kawasan yang terdiri atas beberapa pulau dan termasuk laut serta pantainya? Tiga besar pulau berdasarkan luasannya adalah Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar (lihat gambar). Kenapa membutuhkan waktu lama untuk bisa mencapai antar pulau? Karena kita harus mengelilinginya sebelum sampai ke pintu masuk Taman Nasional di setiap pulau. Pink Beach dan Manta Point juga termasuk dalam satu kawasan Taman Nasional Komodo

Titik biru kapal itu kami yang akan menjelajah TN Komodo

“Mba, nanti menginapnya sharing pakai matras dan kapalnya open deck ya!” Itu pesan mbanya semalam sebelum saya terlelap tidur. Gak pernah berharap yang muluk muluk, sayapun sudah membebaskan pikiran untuk terima aja apa adanya dan berjanji akan menikmati trip ini dengan penuh sukacita.

Itinerary yang dikasih oleh kakak di tour adalah sebagai berikut :

Day 1 : Pulau Rinca, Pulau Komodo, Pink Beach

Day 2 : Pulau Padar, Manta Point, Pulau Kanawa.

Besok paginya saya diminta sudah stand by jam 7 pagi di penginapan karena akan dijemput sama mba nya pake motor. Sambil terburu buru ngoles ngoles mentega dan menaburkan meises ke roti tawar saya pun siap di jam yang telah ditentukan. “Kita berangkat jam 7.25 dari pelabuhan ya!” Gitu pesannya. Saya mengangguk. Sesampainya di pelabuhan, Mbanya menunjuk sebuah kapal, “Itu yang akan jadi kapal mba nanti ya barengan ama bule bule 7 orang. Jangan takut, ada ceweknya kok 2 orang.” Katanya. Saya senyum aja, udah bodo amat mau kapalnya kayak gimana dan temen ngetripnya siapa aja. Apapun itu, saya mau menikmati setiap detiknya, setiap momennya dan setiap prosesnya.

Pukul 8 kurang, semua peserta tur sudah lengkap 8 orang, kru kapal 2 orang juga sudah stand by tapi kapten kapalnya belum nongol, lagi urus administrasi di kantor pelabuhan katanya. Selain kami, ada beberapa rombongan turis mancanegara yang sama sama mau ngetrip juga dengan kapal yang berbeda. Saya mencatat ada 3 rombongan yang berangkat. Pukul 8 lewat beberapa menit, kaptennya tergepoh-gepoh masuk kapal sambil bilang, “Maaf ya mba, tadi urus administrasi dulu agak lama. Kita langsung berangkat ya!” Iyaaa pak, kata saya dalam hati, hayuk capcuuuss..! Tak berapa lama jalan, kapten nanya, “Mba guidenya ya?” Saya dengan halus jawab, “Bukan pak, saya juga peserta tur.” Kaptennya ngangguk ngangguk.

Deck kapal yang akan membawa kami menjelajahi Taman Nasional Komodo

Hhhh, sayangnya saya lupa mengabadikan seperti apa kapal yang kami tumpangi. Saya coba deskripsikan ya. Kapal terdiri atas 2 deck. Deck atas diisi oleh matras anti air, bantal dan atapnya hanya setengah. Sekeliling bawah atap ada plastik bening yang berguna untuk melindungi penumpang dari angin dan hujan. Di deck bawah paling belakang berturut turut ada genset, dapur kecil, toilet, ruang kapten kapal, kursi dan meja makan untuk 6 – 8 orang dan kontainer yang isinya sepatu kami serta alat alat snorkeling. Di atas meja makan terdapat gelas kaca bening, termos air panas, wadah gula dan kopi serta sesisir pisang ambon. Di bawah meja terdapat kontainer dengan es yang isinya air mineral dalam botol, ada juga bir punyanya bule bule yang mereka beli di minimarket sekitaran Labuan Bajo.

Para bule bule mulai ngobrol dan mencairkan suasana satu sama lain sementara saya belum kepengen. Saya melipir sendiri aja ke deck depan sambil nikmatin pemandangan yang indah. Beberapa orang naik ke deck atas buat sunbathing, yang lainnya tetap di bawah dan ngobrol. Saya sempet buka google maps untuk lihat rute perjalanan kami hari ini. Iya, seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, jangan takut mati gaya gegara sulit eksis karena sinyal si merah cukup kuat di area Taman Nasional Komodo ini. “Kita akan sampai dalam 3 jam mba ke Pulau Rinca!” Kapten kapal berseru pada saya. Wuoooh, lama juga ya. Tapi seperti tekad dalam hati, mari nikmati saja. 🙂

Setelah berjemur lama, kami pun tiba di Pulau Rinca pukul 11 siang. Sayapun bersiap memakai kaos kaki dan sepatu. Yang lucu, bule bule cowok bertiga yang belakangan saya tau ternyata asalnya dari Spanyol dan diem di deck bawah udah saling oleh olesin sunscreen satu sama lain dan bersiap untuk nyebur. Pas liat dermaga mereka bingung, kita nyebur di mana nih? Gitu kali pikirnya. Haha.. Akhirnya si cewek cewek yang ternyata orang Jerman ngasih tau, “Guys, kita jelajah Pulau Rinca dulu buat liat komodo sekarang, nyeburnya masih lama.” Para cowok Spanyol pun maklum, kayaknya agak kecewa juga, karena harapan mereka ke laut itu buat nyebur, bukan buat trekking. :)) Sambil teriak, kru kapal memberi tahu saya bahwa waktu yang kami punya di Pulau Rinca ini hanyalah 1 jam saja yang artinya short trek.

Perahu kami bersandar di dermaga Pulau Rinca

Selepas dermaga, kami disambut oleh para pria berseragam hijau lengkap dengan name tag dan topi. Di bagian punggungnya ada tulisan dalam bordiran “Naturalist Guide”. Rupanya namanya bukan ranger lagi sekarang. “Berapa orang rombongannya mba?” tanya bapaknya. “Delapan orang, pak.” jawab saya. “Mba guidenya ya?” tanya rangernya. Saya nyengir kuda. Kamipun berjalan bersama menuju tempat tiket. Saya colongan tanya sama bapaknya, “Kita bisa ketemu sama komodonya gak pak hari ini?”. Sambil senyum bapaknya bilang, “Kita lihat nanti aja ya mba.” Iiiiiiiih, kan kita penasaran ya. Yamasa udah jauh jauh ke sini kagak ketemu komodo. Rugilaaah.

Tempat Rangers ngumpul di dermaga Loh Buaya

Gerbang selamat datang di Loh Buaya

Kamipun diarahkan ke seorang bapak bagian tiket. Semua bule tertib ngantri untuk bayar dan mengisi buku tamu. Setelah selesai, bapaknya menginformasikan pada kami semua agar menyimpan dengan baik tiketnya karena tiket tersebut berlaku untuk seharian menjelajah seluruh kawasan Taman Nasional Komodo. Jika mengacu pada itinerary, artinya besok di Pulau Padar kami harus bayar tiket lagi. Bapak petugas tiket melirik saya lalu nanya, “Mba guidenya ya?” Saya nyengir lagi. Hari ini udah 3 orang yang menyangka bahwa saya guide dari para bule itu, padahal saya juga bayar full paketnya! :))

Selesai urusan administrasi, kami berkumpul di dekat papan pengumuman untuk briefing do & don’ts selama trekking. Para rangers yang kesemuanya adalah penduduk asli Taman Nasional ini fasih banget berbahasa Inggris. “Please stay in group and keep distance from the dragon. If you have any question, please ask me and i’ll try to answer it.” Gitu katanya. Keren ya! Oke, singkat cerita, ini poin poin yang saya rangkum mengenai Pulau Rinca dan komodonya :

Pulau Rinca (Loh Buaya)

  • Disebut juga Loh Buaya karena terdapat mangrove di sekeliling pulau yang konon masih banyak buayanya.
  • Di dermaga kamu langsung disambut oleh para ranger yg akan menjadi guidemu selama track. Ranger akan mengarahkanmu ke loket masuk.
  • Komodo banyak berkumpul di dapur pada pagi hari. Di Pulau Rinca, dapurnya para ranger mudah terjangkau oleh komodo sehingga mereka berkumpul dalam jumlah besar di sana.
  • Kita akan melihat sarang komodo dimana terdapat telur telur yg dijaga oleh komodo betina.
  • Kami ketemu tokek gede di atas pohon tapi bunyinya aneh. Kata ranger kami sangat beruntung bisa lihat tokek, biasanya mereka susah dicari. Baik, ini keberuntungan pertama yang saya dapatkan selama short trek.
  • Banyak kotoran kerbau air di sepanjang jalan.
  • Kita akan naik bukit dimana terlihat pemandangan dermaga Pulau Rinca dari atas
  • Short trek durasinya kurang lebih 1 jam.

Komodo show. :))

Komodo ngumpul di deket dapur

geng sekapal trekking menuju puncak Pulau Rinca

Puncak Pulau Rinca

Setelah satu jam, kamipun kembali ke kapal. Tak disangka, rupanya makan siang udah siap! “Mba, makan siangnya sambil kita jalan ke Pulau Komodo ya. Takutnya kesorean sampe sana.” Kata kapten. Aye aye capt! Udah kelaperan nih! Jadilah kami makan siang di perjalanan. Menu siang itu adalah : goreng tempe pake tepung, goreng terong ungu, ikan tongkol bumbu kecap, sayur labu dan mie goreng. Chefnya adalah sang kapten beserta krunya. Nyam nyam. Saya gak banyak ambil foto soal kegiatan di kapal karena mencoba untuk sopan dan menjaga privasi. Orang bule suka keberatan kalo wajahnya diabadikan trus diposting tanpa seijin dia.

Sekitar pukul 15.40 kami tiba di Pulau Komodo. “Mba, di sini sejam juga ya berhentinya!” Kata sang kapten saat kami bersiap memakai sepatu. Keadaan sungguh berbeda. Terlihat lebih liar, dingin dan gersang. Di Pulau Komodo ini saya gak melihat adanya mangrove seperti di Rinca.

Gerbang masuk (Taman Nasional) Pulau Komodo

Pulau Komodo (Loh Liang)

  • Disebut Loh Liang karena merupakan sarang/rumah utama dari komodo. Populasi komodo terbesar memang ada di pulau ini.
  • Dari dermaga, ada gapura selamat datang, namun setelah itu kami kebingungan harus kemana karena tak ada satupun orang yg bisa kami tanyai. Lantas kami belok kiri dan ada seorang bapak yg mengarahkan kami untuk lurus terus sampai bangunan besar tempat para ranger berkumpul dan loket berada
  • Terdapat kolam kecil buatan untuk membantu hewan hewan minum saat musim kemarau berkepanjangan tiba. Kami bertemu 2 ekor komodo besar yg sedang bermalasan dan 1 ekor komodo kecil yg langsung kabur begitu tahu ada seniornya di sana. Komodo dewasa gak segan segan membunuh yang kecil saat dia lapar.
  • Kami juga bertemu 2 ekor komodo kecil lainnya di perjalanan short track. Menurut ranger, kami beruntung banget bisa ketemu, biasanya susah banget. Baik, ini keberuntungan kedua yang saya dapatkan selama short trek.
  • Hampir tidak ada kotoran kerbau air yang bisa kami temukan selama short track
  • Rangernya bilang, sebaiknya jangan datang di bulan Juni – Juli, komodo akan susah ditemui. Kenapa? Lagi musim kawin! Mereka (si jantan) akan “hunting” betina sampe blusukan katanya. Betina sama jantan populasinya 1:3 jadi semacam rebutan gitu. Kalo pun beruntung, kita hanya akan ketemu komodo hunting yg buru buru lari aja jadi susah buat foto foto.
  • Menurut rangers, komodo di Loh Liang lebih liar dari pada Loh Buaya karena kontur pulau dan keadaan alamnya.
  • Banyak sekali jenis burung yang saya lihat seliweran di sekitar pohon tepi pantai. Kakaktua dan kepodang sahut sahutan berbunyi saat kami datang, mungkin mencari perhatian. Halah.

Komodo muda kabur takut ketauan ama yang dewasa

Kekeringan melanda akibat sejak April belum turun hujan lagi

Memberanikan diri foto bareng ama kakang komodo sambil berdoa terus karena takut. :))

Setelah semuanya berkumpul, kami melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit menuju Pink Beach. Setelah diperhatikan, hampir semua bagian pantai di pulau ini pasirnya warna pink. Jadi, dimanapun kamu berlabuh gak masalah. Namun tentunya kapten tau spot mana yang paling keren dan disanalah kami merapat.

“Mba, sedang surut ini jadi kapal tak bisa merapat.” Kata sang Kapten.

“Terus gimana dong?” Kata saya.

“Mba renang aja sampai pantai, atau kalo malas renang harus naik taksi (kapal kecil) ongkosnya 20K pp.”

Bhaiiiiique. Tau aja nih saya lagi males basah basahan hari ini. :)) Saya beserta salah satu cewek Jerman pun naik taksi. Bukan apa apa, saya melihat sunset udah mulai muncul dan saya gak mau kehilangan momen ini. Sesampainya di bibir pantai, saya langsung memutuskan untuk naik bukit. Sempet pesimis tapi yasudahlah, momen harus dikejar walaupun turunnya licin dan jempol sempet kesabet duri sampe berdarah.

Pink beach!

Sunset di atas bukit Pink Beach

Pink Beach dari atas bukit

Kapten memanggil kami semua untuk segera masuk kembali ke kapal karena hari sudah mulai gelap. “Kita akan menuju tempat menginap mba.” Wuoh, penasaran saya. Menuju titik tempat kami akan menginap, kami disuguhi sunset yang indah. Sesampainya di lokasi, saya melihat lebih dari satu kapal berlabuh di teluk itu. Alhamdulillah banyak temen.

Sambil menunggu makan malam disiapkan, kami mulai mengobrol lebih akrab satu sama lain. Karena waktu baru aja menunjukkan pukul 18.30 sementara kami biasa tidur diatas pukul 9 malam. Ngalor ngidul kesana kemari, apa aja diobrolin. Saya lihat si cewek Jerman ini pandai membuka obrolan sehingga yang lain merasa terhibur. Insight yang bisa saya dapatkan dari obrolan itu adalah :

  • Kami gak sama sekali menyebutkan nama saat mengobrol. Barangkali, sebuah nama lebih private dibandingkan agama
  • Topik yang dibahas merupakan pengetahuan umum, adu pinter wawasan lah gampangnya mah
  • Gak ada judgement satu sama lain sehingga sama sama merasa nyaman
  • Ini adalah ajang lo promosi tentang kebaikan dan keunggulan negara lo di bandingkan negara lain. Kuasai cara membuat kue dadar gulung dan pisang goreng, karena cowok cowok Perancis dan cowok cowok Spanyol itu ternyata suka banget!
  • Siapa sangka bahwa si cowok cowok Spanyol ini profesinya polisi dan pemadam kebakaran. Ganteng beuuud ya Allaaah.

Setelah habis obrolan, kamipun beranjak untuk bersiap istirahat. Para bule tidurnya di deck atas, saya di deck bawah. Sebelum tidur, saya sempet motret bulan sabit dan taburan bintang di langit sebelum akhirnya terlelap tidur. Besok akan ketemu apa saya gak tahu, yang jelas saya sangat bersyukur hari ini banyak dapet rezeki berupa keberuntungan yang terus menerus digaungkan oleh sang rangers. Saya juga bersyukur bisa bahagia banget ketemu komodo. Merebes mili jadinya saat teringat mimpi lama bertahun tahun lalu perlahan lahan bisa terwujud walaupun dalam bentuk lain.

 

Tulisan selanjutnya adalah cerita lengkap perjalanan di hari kedua, hiking ke Pulau Padar yang terkenal itu lalu ketemu Manta Ray dan paus!

See you soon readers!