Dailydewi.com tahun ini akan berusia 16 tahun. Berdiri sejak 2008 menggunakan domain blogspot.com dan akhirnya punya domain sendiri dengan akhiran dot com di sekitar 2014-2015 nyaris belum ada sesuatu yang signifikan yang ‘dihasilkan’ dari blog ini kecuali kesukaan saya share soal traveling secara detail.
Tahun ini, setelah sekian lama hiatus, saya memutuskan untuk merubah arah dari blog ini menjadi sebuah diary dari perempuan berumur 40 tahunan. Mungkin akan menceritakan tentang perasaan, kehidupan dan juga wejangan wejangan bagi generasi di bawahnya yang mungkin akan berguna di kemudian hari. Saya pun berjanji, setiap hari menulis 1 judul mengenai hal hal yang sangat erat hubungannya dengan umur 40an ini.
Mungkin bukan sebuah hal yang baru. Tapi setidaknya saya melakukan sesuatu yang berbeda dari sudut pandang saya sendiri, yang menjalaninya dengan penuh antusiasme. Saat ini saya dalam posisi tidak punya pekerjaan dan ingin mencoba untuk berkonsentrasi melakukan hal hal yang saya sukai sebelum akhirnya memutuskan untuk bekerja kembali dan mendapatkan income tetap setiap bulannya.
Udah lama saya gak update tulisan yang isinya pemikiran dan gagasan. Sepertinya topik ini cocok ya buat pembuka 2019? Tetiba saya ingin menuangkan tulisan ini karena terinspirasi oleh hal hal yang saya dengar dan saya baca selama libur tahun baru beberapa hari lalu.
Seringkali saya mendapatkan pertanyaan, lo udah punya apa hasil kerja bertahun – tahun? Posisi lo apa? Lo gak pengen punya bisnis sendiri? Pertanyaan yang sejatinya sebuah basa basi namun terdengar sungguh intimidatif. Akhirnya orang males buat jawab sejujurnya karena mungkin merasa tidak percaya diri dan menganggap bahwa dirinya tidak masuk standar sukses dari sang penanya.
Standar sukses buat saya adalah pencapaian. Tidak harus berupa materi atau jabatan, cukup dengan sebuah pengakuan. Dalam menyelesaikan sesuatu tentunya kita semua punya tolak ukur atau lazim disebut KPI dalam bahasa manajemen. Tapi tentunya KPI aja gak cukup, harus kita lengkapi dengan soft skill yang mungkin belum tentu semua orang punya dan semua orang paham.
Hampir lima tahun belakangan, saya seringkali mendapatkan kritik bahwa kemampuan leadership saya kurang ditambah lagi katanya saya kurang detail. Kedua hal yang terlihat oleh ‘mereka’ sebagai kelemahan itu selalu dianggap sebagai batu sandungan untuk saya melangkah ke tempat yang lebih tinggi (menurut mereka). Ditambah lagi penghakiman bahwa mood saya mudah berubah ubah sehingga saat berkomunikasi dengan saya, orang lain (termasuk mereka) harus ekstra hati hati supaya saya tidak merasa tersinggung. Hal ini mereka dapatkan saat hasil assesment saya keluar. Tak ada yang salah dari itu semua, sayapun menerimanya dengan lapang dada. Saya gak mudah baper atau pundung. Kesemua hal itu tidak menyurutkan langkah saya yang tentunya kepengen tetep sukses menurut standar saya.
Lalu saya tiba pada sebuah hari di mana lebih dari satu orang mengatakan bahwa saya menginspirasi mereka. Kok bisa? Saya dengan kelemahan yang menurut ‘mereka’ akan susah meraih sukses ternyata membuat orang terinspirasi? Pas saya tanya, hal apa dari dalam diri saya yang membuat kalian berbicara begitu? Mereka bilang, “You’re one of the coooolest women i’ve ever met! You’re not one of those fake people, you are real. A real gangster!” Dan 3 paragraf berikutnya yang isinya menyebutkan kurang lebih hal yang sama. Tanpa sadar air mata jatuh di pipi setelah mendengar itu. Saya belum pernah merasa seistimewa ini. Semoga mereka mengatakannya dengan tulus, jikalau pun tidak, ya gak apa, setidaknya sudah membuat saya semakin bersemangat dari hari ke hari.
Yes, inilah arti sukses yang sesungguhnya buat saya. Menjadi inspirasi buat orang lain. Tidak harus punya jabatan tinggi, tidak harus punya rumah dan mobil mewah, bukan artis, bukan pulak pejabat apalagi perusahaan. Leadership dan detail? Gak terlalu berperan di sini. Kuncinya? Tetaplah menjadi diri sendiri dan tunjukkan pada semua orang bahwa kamu layak. And everything will be paid off, dibayar lunas!
Once again i said, i believe it’s earn, not given.
Buat kamu yang punya kulit indah, bagus dan cerah, mungkin hidup terasa lebih mudah karena nyaris tidak ada kesulitan berarti untuk meluangkan waktu merawat wajah. Buat saya, perjuangan ngurusin yang namanya kulit wajah adalah hampir seluruh hidup. Iya, kulit saya kusam, pori pori besar, berminyak, warna kulit tidak merata dan mudah berjerawat.
Saya ingat pertama kali merasakan wajah yg ‘bermasalah’ yaitu saat kelas 6 SD. Dahi saya bruntusan dan tidak hilang hanya dengan sekedar mencuci muka pakai sabun. Perjuangan berikutnya datang saat haid pertama kali. Wajah saya tetiba berjerawat di dahi dan disekitar pipi. Ditambah saat itu haid saya tidak lancar. Mamah ngajakin ke dokter kandungan dan juga ke dokter kulit. Oleh dokter kandungan, saya diberi obat (lupa lagi namanya) untuk memperlancar haid yang setelahnya saya merasakan nyeri hebat setiap haid datang. Setelah itu kami ke dokter kulit di Jalan Veteran. Dokternya udah senior, spesialis pulak. Beliau bilang, “Jerawat itu biasa kok buat perempuan. Yang penting kamu jangan stress dan harus tetap percaya diri ya.” Kata kata yang sangat powerful bagi remaja kayak saya dulu. Memang betul, saat itu saya betul betul gak pede. Saat teman teman cewek saya mulai dandan dan pakai kosmetik ringan, saya gak ikutan. Saat temen temen pada punya pacar, saya jomblo, sampe sekarang.. loh.. 😂😂😂
Lanjut ke masa SMA awal, jerawat hampir gak pernah absen nangkring di wajah. Ukurannya besar, merah, perih dan ada nanahnya. Tempatnya selalu beda beda, suka suka dia aja gitu mau nemplok dimana. Kadang deket bibir, kadang deket idung, kadang di tengah tengah pipi, gede banget, dan sampe sekarang masih ada bekasnya. 🙁
Di masa SMA ini saya mulai kenalan dengan krim yang diklaim dapat menghilangkan jerawat dengan cepat. Belakangan baru tahu bahwa krim itu kandungan logam beratnya sangat besar dan akan merusak organ tubuh lainnya jika digunakan secara permanen. Saya menggunakan krim itu cukup lama, sampai kuliah tingkat akhir tapi belang betong. Jika saya absen lama pakai krim itu muka saya langsung kering dan bruntusan sewajah wajah. Saya panik dan akhirnya selalu balik lagi ke krim itu. Saya dulu gak ngerti sama urusan skin care dan mungkin gak care juga sih sama sekali sehingga membawa saya ke keadaan kulit saya saat ini.
Tahun 2008 – 2009 temen kakak saya yang dokter kulit sedang eksperimen bikin skin care utk wajah berjerawat, saya jadi salah satu pencobanya. Saat itu positif thinking aja, bismillah semoga ini bisa membawa saya ke arah yg lebih baik. Saya nurut akan cara pakai dari rangkaian skin care itu. Sebulan pertama breakout parah! Jerawat gede gede dan merah bernanah muncul di seluruh wajah. Saya tapi tetap pede, karena hal ini sudah diinformasikan sebelumnya. Saya harus pakai terus sampai habis. Bulan kedua kondisi kulit semakin membaik dan tekstur semakin halus. Wajah saya pun tak berminyak lagi padahal seharian ribet di kantor. Saya optimis ini akan jadi pencarian terakhir saya. Ternyata, sang dokter harus sekolah lagi ke luar kota sehingga tidak sempat untuk membuat rangkaian skin care tersebut. Saya patah hati, ditinggal pas lagi sayang sayangnya 🙁 akhirnya, saya kembali lagi ke krim krim kecantikan gak jelas.
Perjalanan on off pakai krim krim gak jelas itu berakhir di tahun 2012. Saya udah capek ketergantungan, saya ingin “merdeka”. Alhamdulillah saat itu saya dapat rezeki untuk berangkat umroh di bulan Mei. Di Tanah Suci, sebaiknya tidak menggunakan kosmetik berlebihan dan sederet larangan lainnya. Saya pun bertekad, gak akan bawa krim krim yang bikin ribet itu, saya hanya mau pakai pelembab olive oil saja yg kita tahu berlimpah jumlahnya di Arab Saudi. Walaupun olive oil pertama yang saya aplikasikan ke wajah bawa dari Indonesia.
Saat itu media sosial lagi seru serunya, internet sudah mulai stabil di akses dari mana mana. Saya pun mendapatkan cukup informasi bahwa khasiat olive oil bagi kulit itu cukup banyak. Saya berdoa dalam hati, “Ya Allah, saya udah capek sama yang namanya gonta ganti krim wajah, sekarang terima aja deh apapun yang Allah kasih.” Dan salah satu titipan doa dari seorang bocah anak bubos bernama Nares pun mengkonfirmasi doa saya. Dia nulis gini :
Nangis haru banget pas baca ini. Saya peluk Nares sambil bisikin, Aamiiin Nares, makasih banyak ya :’).
Di Tanah Suci saya betul betul hanya menggunakan olive oil sebagai pelembab wajah. Dan, alhamdulillah ini jerawat satu persatu kempes dan menghilang dari wajah saya. Efek sampingnya jerawat memang hilang namun wajah saya jadi amat sangat berminyak dan pori pori semakin besar dan nyata terlihat. Ya gak apa apa, toh doanya kan biar jerawatnya gak numbuh lagi. Dan itu yang dikabulkan oleh Allah.
And the rest is history. Saya memang udah gak pake lagi krim jahat itu, saya beralih ke krim yang dijual bebas aja tapi tentunya terdaftar di BPOM supaya ngerasa aman. Iya, saya gak punya budget sebesar itu untuk konsultasi ke dokter secara rutin. Capek. Gak terhitung berapa banyak merk yang saya coba agar kulit saya bisa sedikit saja lebih baik dari sebelumnya.
Sampai saat ini pun saya masih berjuang untuk perbaikan yang sedikit saja itu. Bedanya, saya sekarang sudah menerima total akan kondisi kulit yang memang sudah takdirnya seperti ini. Serunya, saya jadi semakin eksplor pengetahuan soal istilah istilah yang dipakai oleh beauty influencers dan juga mulai sedikit sedikit mengaplikasikannya. Ilmu gak ada manfaatnya kalo gak digunakan bukan?
So readers, tetaplah penasaran tapi tetap menerima kondisi kulit kamu apa adanya ya. Karena gak ada hal yang lebih membahagiakan daripada bersyukur atas ciptaan Yang Maha Kuasa. Kalo kamu punya pengalaman lebih seru, please share!
Pertama tama, saya ingin mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya bagi korban pesawat JT610 yang dikabarkan mengalami water diving lalu meledak dalam air tanggal 29 Oktober 2018 lalu. Sampai saat ini, semua pihak sedang berupaya mencari black box yang akan menjadi alat bantu informasi bagaimana kecelakaan tersebut bisa terjadi. Mari berdoa sejenak kawan.
Saya lalu teringat akan pengalaman beberapa bulan lalu, tepatnya awal September 2018, saat harus transit di Doha selama 7 jam sebelum meneruskan perjalanan kembali ke Indonesia setelah menempuh perjalanan dari London. Saya share juga di instastories akun instagram secara singkat. Mari kita mulai ceritanya ya.
Saat itu saya sampai Doha pukul 6 AM dan kami akan melanjutkan penerbangan lagi pukul 9 AM. Saya sempetin untuk cuci muka, seka seka, sikat gigi dan ganti baju. Pukul 8.30an gitu saya udah siap di gate keberangkatan terminal E sesuai petunjuk. Oiya, jangan harap kamu akan denger announcement “Perhatian, perhatian, kepada penumpang pesawat…. nomor… harap segera ke gate ….” karena gak akan pernah ada. Kamu dituntut untuk mandiri ngecek gate nya di layar TV yang tersebar di mana mana. Sesampainya di gate, sudah ada beberapa orang non WNI dan juga serombongan turis asal Indonesia yang sepertinya pulang liburan dari Eropa.
Kami semua lalu dipanggil untuk segera menuju shuttle bus yang akan membawa kami ke pesawat. Setelah semuanya naik, bis tak kunjung berangkat. Asumsinya ada orang ketinggalan, karena saat itu penumpangnya sedikit banget, 1 bis aja cukup. Kami menunggu cukup lama di bis tersebut, perkiraan sih 15-20 menitan. Lalu, seorang petugas menghampiri bis dan menyuruh kami semua turun dan kembali ke gedung terminal. Semua orang heran dan bertanya tanya, petugas belum mau kasih keterangan apa apa. Kamipun kembali ke ruang tunggu keberangkatan. Katanya, keberangkatan delay 1 jam karena kendala teknis. Yah, 1 jam gak ada artinya lah dibandingkan nyawa kami semua.
Gak berapa lama, seorang bapak dari maskapai yang memakai jas gelap menghampiri dan memberi pengumuman bahwa semua penumpang mendapatkan meals voucher karena technical problem pesawat tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Banyak yang menggerutu, banyak pula yang memaklumi. Rombongan turis asal Indonesia termasuk yang pertama. Salah satu anggota rombongan, bapak bapak, protes protes malahan sampe ngajakin temen temennya untuk menolak meals voucher itu. Menurut beliau, ini akal akalan maskapai aja mau nyatuin penumpang dari flight lain agar masuk di flight yang sama dengan kami karena penumpangnya sedikit. Mungkin dia pernah ngalamin gitu ya dengan maskapai asal Indonesia.
Sambil sarapan, kami mendapatkan informasi bahwa penerbangan akan dilanjutkan pukul 1 siang. Wuoh, berarti delaynya 4 jam! Saya pasrah aja sambil info ke driver yang akan jemput bahwa delaynya tambah panjang. Dan, serunya adalah saya bisa eksplor bandara nih sambil cuci cuci mata. Hehe.
Tepat pukul 12 siang, saya sudah standby di gate keberangkatan terminal A. Iya, kami pindah gate sejauh itu. Menurut info petugas maskapai, pesawat yang akan kami gunakan nanti adalah pesawat baru alias ganti pesawat. Mereka bilang, masalah teknis di pesawat sebelumnya belum bisa selesai sampai batas waktu yang ditentukan. Semua bagasi dan tetek bengeknya mereka pindahkan satu persatu sampai mereka yakin itu sudah selesai semua. Dan, tau gak, gak ada satupun tambahan penumpang dari flight lain. Ini murni pemindahan pesawat karena kendala teknis dan bukan kayak di Indonesia yang seenaknya nyatuin beberapa nomor flight. Saya juga lihat petugasnya sangat kooperatif dan helpful. Saya antara deg degan sekaligus bersyukur, karena maskapai sangat bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan penumpangnya.
Alhamdulillah, kami selamat sampai ke Jakarta lewat tengah malam. Para driver yang nungguin udah ngantuk ngantuk. Bagasi aman semua tanpa kurang suatu apapun. Kita gak pernah tau umur kita akan sampai mana kan ya, tapi setidaknya, kita berusaha untuk sebaik mungkin.
Udah November aja nih, 2017 nampak berlalu dengan kencang hingga tak terasa sudah hampir penghujung tahun. Hampir setahun ini saya dikasih pengalaman ketemu langsung dengan yang namanya utang piutang. Tahun sebelumnya juga ketemu, hanya tidak sebanyak tahun ini.
Pinjam meminjam, utang piutang, jastip, arisan atau apapun istilahnya memang udah gak asing lagi di telinga kita. Yang lebih gak asing lagi adalah pengalaman menagihnya. Ada yang saking susahnya ditagih sampe nyewa debt collector galak. Nilai utangnya mungkin sudah puluhan sampai ratusan juta sampai harus pakai jasa itu. Sering denger kan orang ngeluh karena dimaki maki sama debt collector? Ya kalo gak mau ngeluh, bayar dong!
Pengalaman saya sih gak sampe minjemin uang puluhan sampai ratusan juta (partai kecil aja soalnya emang gak ada duitnya kalo partai gede) ratusan ribu sampe paling gede jutaan sih tapi masih dibawah 7 juta. Ada yang lancar jaya, janji dibalikin tanggal sekian, tepat waktu. Banyak juga yang janji janji palsu. Berdasarkan pengalaman, saya membagi mereka dalam beberapa tipe :
Tipe Tepat Waktu : ini sih paling juara, janjinya selalu ditepati. Palingan meleset beberapa hari dan gak sampe seminggu
Tipe Penunda Tapi Bayar : dia inget sih kalo punya utang sama saya. Tapi dia gak bayar sesuai dengan waktu yang dia janjikan. Ditunda berbulan bulan, janji bulan depan, janji lagi bulan depannya, gituuuu terus. Walau akhirnya dia bayar juga. Dia yang janji, dia juga yang ingkar, kayak lagu dangdut ya. :p
Tipe Nunggu Ditagih : saya yakin dia itu ingat kalo punya utang. Tapi dia selow aja, seperti gak ada kejadian apapun, bahkan kalo ketemu papasan gitu dia sok akrab. Pas ditagih bilangnya, “Ya ampuuuun, gue lupa.. sori banget.. Boleh gak bulan depan aja?” Tetep bayar juga sih, tapi ya gitu nunggu ditagih. Kalo kita gak nagih, dia malah nyalahin, “Lo sih gak ngingetin, kan gue lupa jadinya..” Tapi dia gak pernah lupa sama tagihan lainnya, cuman ama utang saya aja dia lupa. Aneh tapi ada.. :)))
Tipe Emang Gak Niat Bayar : yang ini parah sih. Pernah saya ngalaminnya tahun lalu. Pinjemannya gak sampe 1 juta, tapi tiap ditagih selalu ngeles dan memang gak pernah ada niat utk bayar. Chat gak dibaca, ganti nomer, pura pura gak kenal dan pura pura gak punya utang. Dia mungkin lupa kalo saya bisa lho pake cara ekstrim dengan ngomong sama atasannya langsung. Dipikir dengan “menghilang” maka utangnya lunas? NOOOOO.. tau apa yang terjadi dengan dia? Ditegur atasan dan langsung dipotong gajinya untuk bayar utang saya. Gak tau juga apa dipecat atau engga. Atasannya sampe minta maaf berkali kali. Saya punya bukti otentik dan akurat soalnya, semuanya saya catat. Just don’t make a mess with me.
Lalu, bagaimana dengan saya sendiri? Saya juga bukannya gak punya utang, ada juga utangnya. Mungkin kalo mau digolongkan, saya itu perpaduan tipe 1 & 2 dan pernah juga 3, hehehehe.. Orang beda beda, tapi menurut saya kalo lo gak siap bayar yang jangan ngutang, udah gitu aja sih.