Category Archives: Random Post

All random things that comes to my mind

Peran Head Coach dalam Menang dan Kalahnya Timnas Indonesia.

Saat tulisan ini dibuat, Timnas U17 Indonesia baru saja berhasil mengalahkan Korea Selatan dengan skor 1 – 0 lewat gol dari Evandra. Banyak cuitan dan tulisan serta komentar di social media yang bangga dan mendukung, tidak sedikit juga yang mencibir karena gaya permainan timnas yang menurut mereka minim taktik. Saya ingin membahas dari sudut pandang yang berbeda.

Timnas Indonesia U17 saat melawan Korea Selatan 4 April 2025

Mengutip dari Wikipedia, pelatih kepala , pelatih senior , atau manajer adalah seorang profesional yang bertanggung jawab untuk melatih dan mengembangkan atlet dalam sebuah tim olahraga. Jika dibandingkan dengan posisi di dalam bisnis, Head Coach atau pelatih kepala sejajar dengan posisi Vice President yang sehari harinya bergelut dengan strategi. Ketika sebuah tim mengikuti kejuaraan, turnamen atau liga, tentunya seorang head coach akan merumuskan langkah langkah strategis, agar timnya bisa berada dalam performance yang stabil untuk bisa menjadi yang terbaik sesuai dengan target yang diberikan oleh pimpinan yaitu ketua federasi atau pemilik klub.

Melihat dari serunya bahasan pro & kontra di social media mengenai penampilan Timnas Indonesia U17 semalam saya kira tentunya ini berkaitan dengan strategi dari head coachnya. Kita hanya bisa melihat dari layar kaca atau dari pinggir lapangan saja kemudian memberikan komentar serta analisis berdasarkan pengetahuan yang kita miliki tanpa melihat kondisi real yang ada di dalamnya. Berdasarkan tulisan saya sebelumnya, bagaimana orang orang strategic melihat sebuah keadaan di dalam tim kemudian menyelesaikannya, haruslah dilihat kasus per kasus. Dalam hal ini saya ingin mengabaikan faktor non teknis seperti mafia sepakbola dan lain lainnya ya. Hehe.

Head coach ketika ditunjuk akan melihat faktor faktor berikut ini :

  1. Kondisi tim saat ini. Menganalisa satu per satu kondisi pemain baik itu skill maupun fisik. Memetakan posisi dan juga melihat potensi.
  2. Calon lawan yang akan dihadapi. Bagaimana track recordnya, siapa saja pemainnya, siapa pelatihnya, analisis pertandingan sebelumnya.
  3. Non teknis. Cuaca, lokasi, sarana dan prasarana, waktu perjalanan, waktu pertandingan, recovery time, wasit yang akan memimpin, komunikasi, mental pemain, dll

Setelah itu, head coach akan berdiskusi bersama pelatih pelatih lainnya untuk membahas poin poin SWOT timnya tersebut sesuai dengan faktor yang datanya telah dikumpulkan sebelumnya. Hasil diskusi tersebut akan melahirkan poin poin strategis yang akan diimplementasikan dalam latihan dan juga bootcamp para pemain selama waktu yang ditentukan sebelum akhirnya terbentuklah game play yang dipakai saat bertanding.

Di dalam bisnis, ada istilah gas rem yang berkaitan dengan budget. Fokus dan strategi bisnis akan selalu melibatkan resources budget dan tertuang dalam sebuah playbook. Di sepakbola, strategi gas rem itu ada di dalam game play. Saya coba menuangkan apa yang ada di dalam pikiran. Game play terdiri dari beberapa periode waktu dan beberapa keadaan. Ini contoh sederhana yang saya coba bikin. Pasti masih jauh dari yang asli buatan Coach Nova tapi mungkin secara framework masih nyambung dikit.

    Melihat dari cuplikan pertandingan dan data statistik saat melawan Korea Selatan tadi malam, Coach Nova memakai strategi bertahan sepanjang pertandingan dan sesekali counter attack. Ini pasti sudah melalui analisa dan pertimbangan yang matang dan hasil diskusi antar pelatih di Timnas U17. Jadi, yang disebut ‘minim taktik’ bisa jadi adalah sebuah taktik yang tanpa kita sadari telah membawa Timnas U17 meraih kemenangan. Terlalu banyak taktik mungkin bukannya membawa tim menjadi main lebih cantik dan menang, tapi malah akan membuat bingung pemain karena daya tangkapnya berbeda beda apalagi jika harus tiba tiba berubah di tengah permainan.

    Jika boleh berpendapat, menurut saya, tidak ada head coach selevel Tim Nasional yang minim taktik, yang ada hanyalah salah menerapkan atau kurang tepat membaca situasi karena terlalu percaya diri. Contohnya kegagalan Timnas Senior Indonesia saat melawan Australian di WCQ Round 3 bulan lalu dan kemudian mampu cepat koreksi di pertandingan berikutnya sehingga mampu mengalahkan Bahrain 1 – 0 di GBK, Jakarta.

    Fokus Karyawan di Setiap Fase Business Lifecycle

    Saya setuju dengan tulisan di Linkedin ini. Kenapa? Karena setelah lama refleksi ke belakang, ke beberapa tahun silam, terbaca bahwa setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Bahasanya mantan bos pada saat itu, “Ada orang yang cemerlang di fase 0 – 1, ada yang di fase 1 – 100, 100 – 1000 dan seterusnya. Si cemerlang di fase 0 – 1 belum tentu bisa berperan dengan baik di fase berikutnya, begitu pun sebaliknya.”

    Melihat track record saya ke belakang, rupanya saya terlihat baik baik saja dan cenderung bisa menunjukkan versi terbaik dalam diri saya di fase start up stage sampai ke growth stage. Fase fase ini membutuhkan orang yang mau susah payah membangun sistem dan super agile. Situasi yang berubah serba cepat dengan segala ketidakpastian dan cenderung babat alas supaya menemukan ritme kerja yang sesuai namun tetap dapat memenuhi ekspektasi akan ditemui di fase ini. Dan, setelah saya lihat lagi CV yang baru saja diperbarui, kok ya cocok.

    Menurut tulisan di Linkedin yang saya temui hari ini, ada beberapa stage dalam pertumbuhan perusahaan. Kelima stage tersebut adalah :

    1. Startup Stage.
      Fokusnya pada agility dan product market fit.
    2. Growth Stage.
      Fokus membangun sistem dan scaling.
    3. Mature Stage.
      Fokusnya efisiensi dan stabilitas.
    4. Decline / Turnaround Stage.
      Fokusnya pemulihan bisnis.
    5. Transformation Stage.
      Fokus pada reinvention dan adaptasi.
    Diagram Business LIfecycle

    Stage dari setiap perusahaan tentunya butuh waktu yang berbeda beda. Mungkin ada yg fase start up nya di bawah 3 tahun atau bahkan butuh waktu lebih lama, begitupula dengan fase di stage lainnya. Setiap stage setiap fase ini, butuh pemimpin yang bisa membawa perusahaan ke arah yang tepat sesuai dengan fokusnya. Belum tentu yang cemerlang di stage nomor 1 bisa mempertahankan kecemerlangannya di stage 4. Dan bukan karena pemimpin itu tidak berkualitas, tapi bisa jadi karena memang secara strategic kurang cocok dengan stagenya.

    Kok saya jadi berpikir, untuk para pencari kerja sebaiknya mencari tahu juga perusahaan yang akan dilamar itu sedang berada di stage mana dan apakah kamu siap– dalam artian punya bekal skill dan ilmu yang cukup untuk bertahan di stage tersebut? Bisa jadi adanya kesenjangan yang cukup lebar antara ketersediaan lapangan kerja dengan stage perusahaannya saat ini sedang tidak sinkron. Ekspektasi keduanya harus dikalibrasi.

    Personal Branding Yang Berhasil (?)

    Menurut (Lair, Sullivan & Cheney, 2005:35), Personal branding adalah suatu proses pembentukan persepsi masyarakat terhadap diri seseorang yang dipandang sebagai merek atau brand oleh target market. Dengan kata lain, proses membentuk persepsi masyarakat akan diri seseorang yang meliputi kepribadiannya, kemampuan, dan aspek lainnya yang menciptakan persepsi positif di benak masyarakat serta dapat digunakan sebagai alat pemasaran (McNally & Speak, 2002).

    Semasa bekerja dan mulai tampil di social media (Facebook 2008 dan Instagram 2012), sejak awal saya memposisikan diri sebagai penyuka jalan jalan dan juga explore apapun. Isi feed timeline pun kebanyakan foto saya di sebuah tempat baik itu icon dari daerah tersebut atau sesimpel foto di jalanan random aja gitu. Saya juga kerap kali membagikan hal hal unik yang saya temukan di sebuah tempat baru dan posting di akun social media saya. Alhamdulillah, 85% dari cap di paspor saya difasilitasi oleh perusahaan, selebihnya budget pribadi tentunya.

    Ceu Dewi di NASA Houston
    Ceu Dewi di NASA Houston

    Sejak saat itu, orang orang mempersepsikan saya jalan jalan ke luar negeri terus dan dianggapnya duitnya gak berseri. Padahal ke luar negerinya palingan hanya setahun 1x, itu pun karena kerja. Paling bagus pernah ke luar negeri itu 1 tahun 5x dan itu pun 3xnya kerja dan 2x nya emang udah planning dan nabung jauh jauh hari.

    Dibandingkan dengan travel blogger atau travel writer lainnya, jumlah negara dan kota yang pernah saya kunjungi masih cupu, belum sampai 20. Tapi karena konsisten setiap tahun ada aja perginya, persepsinya jadi saya si paling luar negeri aja udah gitu.

    Ceu dewi di Taj Mahal
    Ceu dewi di Taj Mahal

    Menurut Raditya Dika di postingannya yang ini , Personal Branding adalah efek dari tindakan yang dilakukan secara konsisten dan itulah yang menempel di benak orang, persepsi tentang kamu.

    Chat dari salah seorang teman

    Melihat dari chat di atas, apakah ini berarti personal branding yang saya lakukan secara konsisten selama ini berhasil?