Standarisasi Sukses

Udah lama saya gak update tulisan yang isinya pemikiran dan gagasan. Sepertinya topik ini cocok ya buat pembuka 2019? Tetiba saya ingin menuangkan tulisan ini karena terinspirasi oleh hal hal yang saya dengar dan saya baca selama libur tahun baru beberapa hari lalu.

Saya di St. Peter’s Church, Munich Februari 2019

Seringkali saya mendapatkan pertanyaan, lo udah punya apa hasil kerja bertahun – tahun? Posisi lo apa? Lo gak pengen punya bisnis sendiri? Pertanyaan yang sejatinya sebuah basa basi namun terdengar sungguh intimidatif. Akhirnya orang males buat jawab sejujurnya karena mungkin merasa tidak percaya diri dan menganggap bahwa dirinya tidak masuk standar sukses dari sang penanya.

Standar sukses buat saya adalah pencapaian. Tidak harus berupa materi atau jabatan, cukup dengan sebuah pengakuan. Dalam menyelesaikan sesuatu tentunya kita semua punya tolak ukur atau lazim disebut KPI dalam bahasa manajemen. Tapi tentunya KPI aja gak cukup, harus kita lengkapi dengan soft skill yang mungkin belum tentu semua orang punya dan semua orang paham.

Hampir lima tahun belakangan, saya seringkali mendapatkan kritik bahwa kemampuan leadership saya kurang ditambah lagi katanya saya kurang detail. Kedua hal yang terlihat oleh ‘mereka’ sebagai kelemahan itu selalu dianggap sebagai batu sandungan untuk saya melangkah ke tempat yang lebih tinggi (menurut mereka). Ditambah lagi penghakiman bahwa mood saya mudah berubah ubah sehingga saat berkomunikasi dengan saya, orang lain (termasuk mereka) harus ekstra hati hati supaya saya tidak merasa tersinggung. Hal ini mereka dapatkan saat hasil assesment saya keluar. Tak ada yang salah dari itu semua, sayapun menerimanya dengan lapang dada. Saya gak mudah baper atau pundung. Kesemua hal itu tidak menyurutkan langkah saya yang tentunya kepengen tetep sukses menurut standar saya.

Lalu saya tiba pada sebuah hari di mana lebih dari satu orang mengatakan bahwa saya menginspirasi mereka. Kok bisa? Saya dengan kelemahan yang menurut ‘mereka’ akan susah meraih sukses ternyata membuat orang terinspirasi? Pas saya tanya, hal apa dari dalam diri saya yang membuat kalian berbicara begitu? Mereka bilang, “You’re one of the coooolest women i’ve ever met! You’re not one of those fake people, you are real. A real gangster!” Dan 3 paragraf berikutnya yang isinya menyebutkan kurang lebih hal yang sama. Tanpa sadar air mata jatuh di pipi setelah mendengar itu. Saya belum pernah merasa seistimewa ini. Semoga mereka mengatakannya dengan tulus, jikalau pun tidak, ya gak apa, setidaknya sudah membuat saya semakin bersemangat dari hari ke hari.

Yes, inilah arti sukses yang sesungguhnya buat saya. Menjadi inspirasi buat orang lain. Tidak harus punya jabatan tinggi, tidak harus punya rumah dan mobil mewah, bukan artis, bukan pulak pejabat apalagi perusahaan. Leadership dan detail? Gak terlalu berperan di sini. Kuncinya? Tetaplah menjadi diri sendiri dan tunjukkan pada semua orang bahwa kamu layak. And everything will be paid off, dibayar lunas!

Once again i said, i believe it’s earn, not given.

Austin, Texas, USA, 9 Maret 2019

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *