Category Archives: Lesson Learned

Diskusi oleh WWF – “Choose Your Seafood Right”

Saya mendapat kesempatan untuk hadir pada diskusi yang diselenggarakan WWF-Indonesia dengan judul “Choose Your Seafood Right”. Informasi saya dapat dari milis Nature-Trekker. Saya hanya perlu registrasi melalui email, dan voila! Undanganpun saya dapatkan.


Diskusi ini berlangsung pada hari Selasa, 11 Januari 2011 pukul 16.30 – 18.30 WIB, bertempat di @America, Pacific Place, Jakarta. Moderator acara oleh Riyanni Djangkaru (editor in chief Dive Mag Indonesia), guest speaker Ringgo Agus dan keynote speaker oleh Imam dari WWF-Indonesia.

Riyanni (Dive Mag Indonesia), Mas Imam (WWF)
dan Ringgo Agus (guest speaker)

Riyanni Djangkaru as moderator

Makanan (seafood) mu adalah tanggung jawabmu. Mengapa?

    1. Tahukah kamu bahwa konsumsi seafood yang tidak bijak berdampak pada rusaknya ekosistem laut?
    2. Tahukah kamu bahwa terdapat kaitan antara popularitas hidangansushi dengan semakin menurunnya jumlah populasi sejumlah spesies laut?
    3. Tahukah kamu bahwa kerapu dan kakap seringkali ditangkap menggunakan bom dan sianida?
    4. Tahukah kamu bahwa sebagian besar budidaya udang sangat merusak berhektar-hektar lahan mangrove?
*Pertanyaan di atas tadi dijawab dengan taktis, singkat, padat dan jelas oleh Mas Imam dari WWF Indonesia. Saya berasa kuliah ekologi kelautan nih! Pembahasan lebih lanjut dijudul yang lain ya 🙂


Pada diskusi ini, WWF memberi penekanan pada kita selaku konsumen yang ada di kota besar di Indonesia. Bukan melalui pelarangan makan seafood, melainkan untuk memilih. Memilih seafood dengan bijak,  yang aman dan layak dikonsumsi serta sudah melalui proses yang tidak membahayakan ekosistem. Seperti pada saat proses penangkapannya, pemeliharaannya (jika di tambak), pembeliannya sampai proses pengepakannya (jika makanan kaleng). Karena dalam hukum ekonomi, supply dan demand itu berlaku. Dimana masih banyak permintaan, maka harus dipenuhi dengan pengadaan.

Menurut WWF, kondisi laut kita saat ini sudah kritis, dalam arti sudah sangat jarang lagi ikan dalam jumlah besar bisa ditemui di sini, padahal permintaan masih tinggi. Nelayan Indonesia sudah kesulitan mencari ikan di laut sendiri. Banyak nelayan Indonesia berlayar hingga ke Afrika untuk mencari ikan. Laut Indonesia yang masih tergolong memiliki ikan yang “banyak” (baca : cukup untuk konsumsi sehari-hari bagi masyarakat yang makanan utamanya adalah ikan) untuk ditangkap adalah sekitar Maluku, Maluku Utara dan Papua, karena laut Jawa sudah tidak memiliki ikan dalam jumlah yang memadai untuk ditangkap.

Berdasarkan hal tersebut di atas, WWF membuat seafood guide yang berisi daftar nama dan jenis biota laut yang sering kita konsumsi.  Seafood Guide merupakan panduan konsumen untuk hidangan laut ramah lingkungan  yang terintegrasi dalam Blue Lifestyle atau gaya hidup yang peduli laut beserta isinya.

seafood guide


Ada tiga kelompok seafood yang terdapat dalam seafood guide yang dikeluarkan oleh WWF yaitu : 
  • HINDARI  :  Seafood dari daftar ini mengalami penurunan populasi yang serius di alam dan proses penangkapannya mungkin terjadi tangkapan sampingan (by-catch) terhadap satwa yang dilindungi
  • KURANGI : Produk ini seringkali diperoleh dengan cara penangkapan yang tidak lestari atau tidak ramah lingkungan
  • AMAN : seafood yang jumlahnya masih berlimpah dan aman untuk dikonsumsi.

Dari tiga kelompok tadi, setiap jenisnya dikelompokan lagi menjadi empat, yaitu :

  1. Spesies dilindungi secara hukum
  2. Perkembangbiakannya lambat dan sedikit, dan rentan terhadap overfishing atau tangkapan berlebihan
  3. Cara penangkapannya sangat merusak habitat
  4. Berbahaya bagi kesehatan karena mengandung ciguatera atau memiliki kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuhnya, contoh ikan karang/coral. 
Lihat informasi selengkapnya di sini


Diskusi ini diselingi dengan tanya jawab, tukar pendapat dan cerita dan tentu saja kuis.  Seru banget! Menambah ilmu dan menjadi trigger atau pemicu bagi saya untuk kembali mendalami dunia pantai dan laut yang dulu pernah menjadi bahan skripsi saat kuliah. Saya juga jadi kepikiran untuk sekolah lagi, ngambil ilmu yang ada hubungannya dengan ekologi laut.

goodies from WWF


Terima kasih untuk WWF.


Naik Angkot (lagi)

angkot a.k.a angkutan kota adalah transportasi paling favorit di kota Bandung. Bandung, kota yang tidak terlalu besar, dan memiliki jalan raya dengan lebar sempit. Menurut gue, karena alasan itulah transportasi yang paling cocok ya angkot. jaman gue kuliah dulu, mu naek angkot tuh penuh perjuangan, apalagi kalo dapet jadwal kuliah pagi. di terminal Cicaheum, jam 6 tuh angkot udah jarang, terutama jalur jalur yang banyak ngelewatin perkantoran dan sekolahan. sampe kejar-kejaran ma berebutan tuh mu dapetin angkot biar ga kesiangan. kejadian itu udah berlalu hampir 9 tahun yang lalu.

beberapa tahun terakhir, pengguna sepeda motor mulai meningkat. seiring dengan itu, pamor angkot pun makin menurun. pemandangan berebutan naek angkot udah lama ga kelihatan lagi. katanya orang siy, mereka lebih memilih naek sepeda motor karena bisa nyelip nyelip klo macet, jadinya waktu tempuh ke tempat tujuan mereka bisa dipersingkat. dampaknya, angkot angkot jadi pada kosong dan susah buat dapetin penumpang. ngetem berjam-jam disetiap perempatan udah lumrah keliatan di sepanjang jalan. supir angkot bilang, mau bayar setoran pun kadang mereka nombok karena memang penumpangnya sedikit, dengan alasan itulah mereka rela ngetem sampe mobil mereka penuh. okey, kembali fokus ke gue.

hari Sabtu kemaren, gue punya janji ketemu sama temen. berhubung motor gue lagi dipinjem sama kakak, jadinya gue naek angkot. angkot menuju terminal Cicaheum siy masih dalam waktu tempuh normal, yang ga normal pas naek angkot menuju tempat tujuan. angkotnya ngetem lama, maju mundur, sampe tuh mobil belum penuh dia ga mau jalan. angkot kijang itu penuh sesak, pengap, ditambah ada yang merokok, ada anak kecil yang rewel, panas, dan yang paling sebel itu sering ada copet. ohh, betapa sangat tidak nyamannya! bener – bener tersiksa! tapi mau gimana lagi, bisa aja siy naek angkot lain, tapi muternya jauh dan pastinya lama.

kita ga bisa nyalahin penumpang yang ogah naek angkot. masalahnya memang yang gue rasain selain ketidaknyamanan adalah ketidakamanan. masalah khas transportasi massal di mana-mana. makanya orang banyak beralih ke sepeda motor, lagi pula sekarang untuk punya sepeda motor gampang dan murah banget.

sebenernya ada satu hal menarik yang gue liat dari keberalihan penumpang angkot menjadi pengendara sepeda motor, yaitu semakin mengentalnya rasa individualisme. peluang kita untuk bersilaturahmi dan bersosialisasi dengan orang lain pun semakin berkurang karena hal itu. rasa toleransi pun gue pikir semakin meluntur akhir akhir ini. semua orang sibuk sama urusannya masing masing. kalo ga penting penting amat dan tidak memberikan keuntungan buat kita, kenapa juga mesti susah susah mikirin masalah orang lain? gitu barangkali yang ada dibenak kita semua, tapi mudah-mudahan salah.. taqabalallahu minna wa minkum..soale, dulu jaman gue jadi angkoters, kadang suka jadi ajang reunian. suka ketemu aja ma temen-temen lama dan bikin heboh di angkot yang ditumpangin. hihi..seru klo inget hal itu..

Tornado vs Kicir Kicir

Tanggal 18 agustus kemaren gue ikut rombongan keluarganya Rani sobat gue untuk ikut piknik ke dufan. Meskipun sebenernya gue lagi miskiiiin banget tapi gue bela belain karena pengen teriak teriak dan ga da yang ngelarang. Selain itu gue juga penasaran ama wahana baru yang namanya tornado, hmmm seperti apa siy ‘kedahsyatannya’?

Fakta : bahwa taun 2005 gue ke dufan. Waktu itu gue sama Yuda, sobat gue juga. Tornado masih baru sebatas ide para pekerja kreatif dufan yang baru akan diwujudkan kayaknya. Wahana yang gue anggap paling serem waktu itu adalah halilintar, secara keretanya ngebalik 1800 gitu deh. Tapi ternyata anggapan gue salah setelah gue naek kicir-kicir. Pantesan yang ngantri di wahana kicir-kicir cuman sedikit, karena emang poll banget tuh, menantang dan bikin adrenalin mendidih (lebay..lebay..lebay..). kursinya dibolak balik, mlintir, diputer puter, serasa mu jatoh. Sampe sumpah serapah, penghuni kebon binatang, penghuni neraka semua diteriakin sama cowo yang duduk di sebelah gue. Wuih, bener-bener tiada tandingannya!

Fakta : bahwa iklan di tivi emang bener bener menggiurkan! Bikin penasaran! Ngeliat iklan tornado bikin ngiler pengen ke dufan lagi. Secara kerjaan selalu menjadi alasan gue untuk kabur dari rutinitas (alasan semua orang di kantor juga siy sebenernya,hehe..). curangnya, bu imel dari divisi produksi udah duluan kesana di bulan Juli kemaren pas liburan anaknya. Ngeliat iklannya bener – bener bikin adrenalin terpacu untuk menaklukannya (cieeeh…).

Fakta : bahwa gue pengen ngebandingin tornado dan kicir-kicir. Secara dari penampakan ada kesamaan diantara dua wahana itu. Sama sama diputer puter, bukan 1800 lagi, tapi 3600 bo! Kesamaan yang laen adalah bahwa wahana itu ada di dufan (garing..garing..!).

Fakta : setelah naek tornado gue punya beberapa pendapat yang membedakan antara dua wahana tersebut. Satu, tornado pake kursi panjang bederet mirip di bus trans jakarta, dengan kapasitas sekali main adalah 40 orang sedangkan kicir-kicir punya 5 lengan, yang masing masing lengan diisi ama 4 orang. efek setelah naek tornado kepala pusing karena darah ngumpul di otak semua pas dijungkirin (lama banget lagi dijungkirinnya..), setelah didiamkan beberapa lama, agak mual juga siy. Kalo efek setelah naek kicir-kicir perut agak – agak mual dikit, tapi ga pusing. Untuk urusan nyali, kayaknya sama aja siy, cuman karena kicir-kicir ga diiklanin, jadinya kurang populer dibandingkan tornado. Tapi pada prinsipnya siy tuh wahana dua duanya cara ngajalaninnya sama.

Pertanyaan : Kapan punya duit (dan waktu) buat ke dufan lagi?