Category Archives: Lesson Learned

Belajar Dari Ucok Durian

Sebagai penggemar durian, saya tentunya tak mau melewatkan peluang untuk menikmatinya di kota kota yang saya kunjungi. Sumatera adalah pulau dimana buah tersebut tersedia melimpah. Sebut saja, Lampung, Bengkulu, Pekanbaru, Jambi, Padang, Bukittinggi dan Medan, kota kota yang pernah saya cicipi duriannya dan selalu nagih.

Durian (Durio zibethinus)

Paling fenomenal adalah Ucok Durian di Medan. Walaupun kota kota lain di Sumatera tak kalah nikmat tapi Ucok Durian selalu menjadi nomor 1 jika kita berbicara mengenai destinasi. Saya belum pernah ke Medan lagi sejak tahun 2007. Ucok Durian saat itu tentunya masih belum sekeren sekarang. Tapi namanya masih terus saya dengar sebagai tempat yang wajib dikunjungi saat kita berkunjung ke Medan. Sebelas tahun kemudian, 2018, akhirnya saya bisa menikmati lagi Ucok Durian, bukan di kota asalnya melainkan sekian ratus kilometer jauhnya, dari Bandung!

Saya ingat beberapa tahun sebelumnya, pancake durian sempat booming juga di kota Bandung. Langsung dibeli dari Medan, dikirim melalui pesawat dan kita bisa terima produknya di hari yang sama di lain pulau! Rupanya Ucok Durian juga mencium hal ini sebagai sebuah peluang ekspansi pasar yang menjanjikan. Bandung sebagai salah satu kota kuliner dan juga banyak penggemar duriannya, menjadikan Ucok Durian tergiur untuk penetrasi. Daging durian dimasukan ke dalam wadah wadah plastik bening, ditutup rapat, lalu disebar ke agen di luar Sumatera. Sebuah janji kualitas yang mumpuni.

Durian kupas dalam wadah plastik

Di Instagram, banyak sekali bertebaran akun yang menggunakan nama Ucok Durian. Ada dari Jakarta, Bandung dan kota lain di Jawa yang ada direct flight dari Medan. Saya sempat menjadi ‘sasaran tembak’ dari iklan Instagramnya Ucok Durian Bandung. Lalu saya penasaran ingin beli. Ternyata di Bandung, agen Ucok Durian tidak hanya 1 saja melainkan ada 2 (setahu saya). Saya mampir ke tempat pertama, katanya stoknya sedang habis dan restok jam 5 sore nanti karena sedang diproses di Bandara Husein Sastranegara. Karena saya ogah nunggu, akhirnya saya pergi ke tempat kedua. Di sana stoknya banyaaaak, dan numpuk di freezer. Di tempat kedua ini juga terima delivery serta wholesale alias beli banyak lebih murah.

Orang rumah tanya, “ini emang duriannya udah pasti enak ya?”

“Kalo udah jauh jauh dateng dari Medan trus gak enak, mereka gak akan selaku ini lah”, kata saya.

Dengan harga yang lumayan kompetitif (dengan durian dari Rajagaluh Majalengka, hehe), saya beli yang wadahnya besar. Sepertinya, dalam 1 wadah ini berasal dari 4 – 5 buah durian, terlihat dari warna daging buahnya yang berbeda beda. Karena dibeli dalam keadaan beku, maka harus di-thawing terlebih dahulu. Dan, sesuai ekspektasi, gak ada satupun yang rasanya gagal, ENAK SEMUA!

Lalu apa yang bisa diambil pelajarannya dari sini?

  1. Bahwa pengembangan dan ekspansi pasar itu wajib dilakukan setiap brand agar semakin pesat bisnisnya.
  2. Peluang di depan mata harus dimanfaatkan sebaik baiknya tentu dengan perhitungan yang matang. Dikaji setiap titiknya dan eksekusi segera. Padahal flight Bandung – Medan PP sudah ada sejak AirAsia ekspansi, namun rupanya hal ini baru bisa dirasakan manfaatnya sekarang.
  3. Amati, tiru dan modifikasi. Pembelian oleh oleh asal kota tertentu diawali dengan adanya jastip alias jasa titipan. Ini yang awalnya dikembangkan oleh pancake durian, bolu meranti dan lainnya. Rupanya Ucok Durian juga ingin ikut ambil bagian namun langsung dalam skala besar dengan membuka agen agen penjualannya di kota yang tersedia direct flight dari Medan.
  4. Pastikan kualitas terus terjaga agar pelanggan tidak kabur dan new customer tetep mau balik lagi. Ucok Durian berhasil membuktikannya. Word of mouth berperan besar di sini.

Seperti prediksi para pakar marketing, 2018 ini adalah waktunya para brand untuk fokus pada leisure dan kuliner adalah salah satunya. Jika kita bisa memanfaatkan peluang dengan baik, maka inshaaallah kesuksesan pun akan mendatangi kita.

*ditulis sambil sibuk ngunyah durian dan ini bukan posting berbayar

Wedding Organizer 101

–Disclaimer :

Tulisan ini bukan tentang panduan bagaimana menjadi wedding organizer tapi tentang pengalaman saya pertama kalinya ditugaskan sebagai itu.

Begitu banyak informasi mengenai bagaimana merencanakan sebuah pesta pernikahan. Kamu bisa browsing di Google lalu download  file check list, things to do, vendors/suppliers dari berbagai referensi. Para calon pengantin biasanya sudah membekali diri dengan informasi melimpah sebelum memutuskan untuk memakai jasa wedding organizer (WO).

Oke, enaknya mulai dari mana?

Beberapa kali saya terlibat pada penyelenggaraan sebuah event tapi belum pernah sama sekali terlibat dalam event yang berhubungan dengan pernikahan. Pun saya memang belum menikah jadi saya belum paham titik mana yang harus kita perhatikan betul dalam penyelenggaraan sebuah event resepsi dan akad nikah.

Akhir minggu lalu saya berkesempatan untuk menjadi bagian dari WO selama 2 hari. Saya pikir ini adalah sebuah tantangan baru ke depannya, tentunya harus bersemangat terus untuk dapet ilmu baru yang bermanfaat. Pengalaman selama 2 hari penyelenggaraan dan berminggu minggu persiapan tentunya sangat berharga. Berikut saya rangkum beberapa poin yang saya pikir bisa dijadikan referensi saat kamu mau mencoba pekerjaan ini.

Tak kenal maka taaruf.

Kenali calon klien dengan sebaik baiknya. Apakah dia seorang pejabat negara? Direktur perusahaan? Artis? TNI? POLRI? Pengusaha? Selebgram? Youtubers? Anggota dewan? Anggota partai politik? Selain itu kita juga perlu tahu asal daerah dan suku bangsa dari klien tersebut. Batak? Sunda? Jawa? Bugis? Dayak? Minang? Betawi? Ada needs tertentu yang sangat spesifik dari setiap latar belakang tersebut. Jadi, kenalilah!

It’s all about chemistry and trust.

Pekerjaan di bidang jasa selalu menekankan sense alias rasa di awal. Maka, siapapun kliennya, buatlah mereka merasa nyaman dengan kita sejak kontak pertama. Kepercayaan amat sangat susah didapatkan. Tapi jika sudah menjadi milik kamu, maka jangan sia siakan karena itu adalah modal utama. Hindari membuat kesalahan sekecil apapun yang bisa membuat klien tersinggung, merasa digurui atau diremehkan apalagi sampai marah besar. Tetaplah hormati keinginan klien walaupun itu mungkin bertentangan dengan apa yang kita sarankan. Service is number one, respectful and trust is far beyond. Hal ini penting kalo kamu ingin berkiprah terus di dunia WO ini.

Siapa memegang apa?

Penting diketahui, seberapa besar keterlibatan anggota keluarga dalam event ini. Tim WO punya template tabel yang memudahkan pihak keluarga untuk pembagian tugas ini. Sama halnya dengan menjalankan sebuah organisasi, struktur dan pembagian kerja harus jelas sejak awal.

Pernikahan adalah tentang menyatukan kedua keluarga namun komunikasi antar keduanya harus selalu dijaga.

Ini yang harus ditekankan sejak awal. Keluarga besar calon pengantin pria (CPP) dan keluarga besar calon pengantin wanita (CPW) tentunya punya latar belakang yang berbeda yang harus diselaraskan dalam hal mencapai goals dari event ini. Komunikasi intens kepada kedua belah pihak harus dijaga betul karena banyak sekali details yang harus dikonfirmasikan. Dalam penyelenggaraan event apapun termasuk event pernikahan, distribusi informasi dan konfirmasi adalah titik paling penting dalam hal ini. Jika komunikasinya tidak dijaga, maka miskomunikasi akan menjadi salah satu penyebab kesalahan fatal.

Selalu hadir 100%

Mengutip kata kata Kang Harri Firmansyah (IG : @harrifirmansyahr), klien atau nasabah membutuhkan kehadiran kamu untuk mampu menjawab kebutuhan mereka. That’s how service industry works. Jangan sampai kamu susah dikontak ketika klien mencarimu. Pastikan batere smartphone selalu penuh dan paket internetnya ON terus. Secanggih apapun smartphone kamu, gak akan ada artinya kalo gak bisa dikontak sama klien. Selain perkara kontak, kehadiran 100% juga bisa berarti konsentrasi full saat klien mengajak kamu meeting. Jangan sibuk sendiri dan jangan sok sibuk. Buatlah klien merasa spesial dan mendapatkan perhatian kamu 100%.

Eksekusi.

Perencanaan yang sangat matang sekalipun tidak akan ada artinya jika tidak dieksekusi dengan baik. Selalu akan ada kejadian diluar perencanaan. Bagaimana mengatasinya? Saran saya kuasai terlebih dahulu perencanaan dan tanamkan apa yang menjadi goals dibenak kamu untuk dapat membuat sebuah eksekusi yang baik. Seorang eksekutor harus bertangan dingin dan tegas saat membuat keputusan. Tentu saja keputusan tersebut harus didasari akan goals yang disepakati.

 

Menyelenggarakan pesta, event atau apapun menurut saya selalu ada dalam lingkaran poin poin yang saya tulis di atas. Hanya mungkin berbeda beda sedikit saja. Tentunya apa yang menjadi concern saya di tulisan ini masih banyak kurangnya. Toh saya baru terlibat sekali di akad nikah dan sekali di resepsi pernikahan. Semoga bermanfaat ya!

Her The Movie : The Moon Song and Fashion Style

The Memorable Pocket

The Iconic Pocket

Ini posting yang sangat telat. But it’s okay, better late than never, right?

Review film ini pasti udah pernah ditulis banyak orang, saya hanya akan nambahin sedikit aja dari sudut pandang seorang dailydewi. Hanya 2 poin yang jadi perhatian saya di film ini, original soundtrack dan detailnya.

Arcade Fire dan Karen O berhasil mencuri hati saya untuk urusan scoring music dan The Moon Song-nya. It’s a very sweet song, loooove it. Abis nonton bela belain deh tuh browsing yutub di smartphone ampe pegel pergelangan tangan. Pokonya juara deh. Gak heran kalo mereka masuk nominasi Oscar 2014 untuk kategori music best original song, best original score daaaaan best picture. Thumbs up!

Tentang details, saya sukaaaa banget sama fashion style yang digunakan sama para pemeran di film ini. Punya karakter khas yang bikin enjoy mata merhatiinnya. Joaquin Phoenix as Theodore bajunya warna hangat semua. Gayanya cenderung klasik tapi pas banget ama karakternya meskipun latar belakangnya adalah masa depan. Ini semacam alert, bahwa style itu berulang. Penempatan peniti di tengah saku supaya mini pc-nya bisa nongol itu juga keren.

her the movie 1 her the movie 3

 

 

 

 

 

Film ini bernuansa hangat. Pemilihan material di interior, warna baju para pemeran, warna OS dan mini pc yang senada, pencahayaan dan artistik lainnya bikin film ini down-to-earth. Berasa jadul tapi tetep kesan futuristiknya kental. Agak indie, idealisme tinggi dan punya karakter.

Well, penilaian saya adalah 9/10.

*kemudian merindukan film seperti ini dibuat di Indonesia*

Image diambil dari herthemovie.com