Life is a Rollercoaster

Untuk Ronggenk members, dimanapun kalian berada, thanks.

Ada beberapa kejadian yang mampu menjungkirbalikan perasaan saya dalam 4 hari terakhir ini. Ditengah suasana hati yang serba gak menentu akibat pengaruh hormon, saya harus menghadapi ini semua dengan hati sabar dan kepala dingin.

Sabtu itu saya pulang ke Bandung dengan perasaan senang dan excited. Tak sabar ingin bertemu dengan sahabat tercinta yang akan berkumpul malam nanti. Surprise! Ternyata, selain memang direncanakan kumpul, mereka juga merencanakan sesuatu buat saya! Hari itu mereka merayakan ulang tahun saya yang sebenarnya sudah kelewat satu bulan. Saya pun dapat hadiah, cardigan hijau dan organizer. Cardigan hijau itu adalah pilihan saya sendiri yang saya pun tak menyangka akan mendapatkannya :D, sedangkan organizer sengaja dipilihkan karena mereka tau saya super sibuk. Aduh, pokonya unforgetable moment deh!

(courtesy of  Rhyan)

Minggunya saya menikmati sekali leyeh leyeh di rumah sampai siang. Ngobrol sama nyokap dan bokap, giggling sama keponakan, gosip sama kakak perempuan, belanja ke Gedebage, menengok sahabat yang baru melahirkan, tidur siang sambil ngorok, nonton voli ibu ibu komplek…… aaahh.. indahnya hidup ini. Tapi sayang, keindahan itu hanya sesaat, sorenya saya harus kembali ke Jakarta.

Senin itu, saya tak punya firasat apa apa. Saya janjian sama sahabat saya Yuda untuk bertemu sore hari setelah pulang kerja. Di bis yang saya tumpangi menuju tempat janjian, velg ban belakangnya tiba tiba copot! Penumpang satu bis panik semua! Hahahaha… kocak… Setelah turun dari bis, blekberi saya tiba tiba berkedip tanda email masuk. Email pertama tak masalah. Email kedua, sangat membuat saya emosi. Saya langsung menelepon partner kerja saya untuk mebicarakan hal itu. Setelah telepon ditutup, pikiran saya sudah kusut. Saya tidak berada di sana, untuk menemani sahabat saya.

Saya sedih. Saya gak suka dilecehkan. Saya gak suka disepelekan. Saya marah. Saya kecewa. Saya tersinggung. Saya gak tau harus berpikir apa lagi. Dan, air mata saya pun jatuh……

Baru saja saya merasa bahagia, kemudian saya harus kecewa
Baru saja saya merasa senang, kemudian saya harus jatuh ke jurang.

Kemarin, kekesalan saya, dihapus dengan air mata.
Hari ini kekesalan saya, dihapus dengan senyum saja.

Stok sabar saya masih banyak. Saya sudah belajar untuk kuat.

Hidup seperti rollercoaster. Kadang berputar kadang lurus. Kadang berkecepatan tinggi kadang rendah. Yang harus kita lakukan adalah terus berjuang dan bersemangat. Kita tak pernah tau esok akan seperti apa. Banyak pelajaran dan ilmu yang saya dapatkan selama masa emosi saya kemarin. Saya bersyukur atas itu. Daaaaannnnn….. kepada semua sahabat yang menemani saat saat emosi itu, saya sayang kalian semua!

Hiking : Gunung Papandayan (Pondok Salada + Tegal Alun) 4 -tamat

“Tuh, Tegal Alun ada dibalik gunung yang sebelah situ.” Kata Kang Ilet sambil nunjuk ke arah Timur. Saya termangu. Dibalik gunung itu? Tanya saya khawatir dalam hati. Pengalaman dari kawah ke Pondok Saladah juga dibilangnya ada dibalik gunung dan perjalanannya luar biasa berat.

“Berapa menit perjalanan ke sana Kang?” Tanya saya.
“Paling 15 menit.” Jawab Kang Ilet. Saya gak percaya. Tapi saya yakini saja, semoga benar adanya.

Menuju Tegal Alun dari Pondok Saladah harus melewati bagian yg disebut rawa oleh para guide. Sejak awal, jalunya sudah menanjak. Memasuki formasi tanaman Cantigi, kemiringan sudah mulai membuat napas ngos ngosan. Beberapa menit kemudian, kami masuk ke area yang pohonnya gosong semua akibat letusan Gunung Papandayan beberapa tahun lalu.

Di perjalanan ini, napas saya beneran habis. Gak kuat sama sekali untuk meneruskan perjalanan. Mba Mila, Dicky dan Kang Ilet ada dibelakang saya, Agung, Fauzi, Ira dan yang lainnya sudah meninggalkan saya. Saya totally sendirian. Sebelum sampai Tegal Alun, saya bertemu dengan sekelompok pria yg tengah turun. “Bentar lagi Mba. Ayo semangat!” Seru salah seorang dari mereka. Saya pun hanya tersenyum. Saya gak percaya. 😛

Ternyata, dari titik tempat saya bertemu dengan kelompok pria tadi ke Tegal Alun memang sudah dekat. Tapi, karena kemiringan sudah mencapai 70 derajat lebih, saya memerlukan waktu yg cukup lama untuk sampai di sana. Sayup sayup terdengar suara orang sedang mengobrol saat saya berjalan, daaaaaannn sampailah saya di Tegal Alun!!

Kami menikmati pemandangan dan mengambil foto sekitar satu jam lamanya di Tegal Alun, sekalian ngambil napas juga. Fauzi dan Agung sibuk dengan Trangianya dan memasak air untuk menyeduh kopi, kopi paling nikmat hari itu. Waktu sudah menunjukan pukul 12. Kami harus segera turun ke Pondok Saladah, untuk kemudian turun lagi menuju tempat parkir dan segera pulang. Perjalanan turun Tegal Alun – Pondok Saladah ternyata hanya menghabiskan waktu 15 menit saja!

Sesampainya di Pondok Saladah kembali, kami segera membereskan peralatan dan barang bawaan. Kami tak mau terjebak hujan lagi seperti saat berangkat. Sekitar pukul 1, rombongan kami pun turun. Total waktu turun dari Pondok Saladah – tempat parkir sekitar 1,5 jam saja.

Sembari menunggu dijemput, kami menghangatkan perut dengan meminum teh manis dan membersihkan diri di toilet. Kaki pegal luar biasa! Rasanya tak percaya telah turun! Ditengah serunya obrolan, mobil jemputan datang dan kami harus pulang. Au revoir Papandayan! I see you when i see you!

The end.

Terima kasih untuk : Agung, Dicky, Fauzi, Kang Feri, Kang Agung, Ira, Mba Mila dan Atha.
Terima kasih terbesar untuk Kang Ilet dan Kang Roby. Bantosan na katampi pisan, Kang!