Wake Up and Smell the Coffee

di pagi hari, ketika bangun tidur, yang gue lakuin setelah buka mata adalah menuju kamar mandi dan melakukan ritual pipis. keluar kamar mandi, nongkrong di ruang tengah, nyuruput teh manis punya nyokap or punya bokap. harumnya kopi semilir ngelewat ke hidung gue, ternyata kakak cowo yang nyeduh kopi.

kopi, minuman yang bikin perut gue jadi mules. gue punya penyakit maag, jadi sangat menghindari kopi kalo ga pengen pengen amat. tapi, jaman kuliah dulu, i’m addicted to it! tiada hari tanpa kopi. kopi instan yang paling gue suka harumnya adalah kopi vanilla latte. yumm.. bikin mood jadi naik, terus jadi semangat buat ngejalanin hari yang dirasa berat.

beberapa hari ini terasa berat bagi gue. deadline yang bertubi-tubi, meeting yang rutin tapi sangat tidak bisa dihindari, temen-temen kerja yang kadang terlihat sangat menyebalkan dan yang paling berat adalah masalah pribadi, hubungan yang telah usai. setelah gue ungkapin apa yang ngeganjel di hati, jujur pada diri sendiri, ga peduli harga diri dan ga peduli sama yang namanya gengsi, akhirnya gue bisa bangun (lagi) dan mencium harumnya kopi untuk semangat menjalani hari berat yang ada di depan gue.

so, wake up and smell the coffee, wie!

Asyiknya Melajang

1. waktu anda milik sendiri
2. dapat melakukan apa yang diinginkan kapan saja tanpa perlu memberi penjelasan pada orang lain
3. bisa menabung lebih banyak
4. uang anda seutuhnya milik sendiri
5. hidup santai
6. bisa flirting dengan lawan jenis manapun yang anda suka
7. punya lebih banyak waktu bersama teman
8. bisa memanjakan diri sesuka hati
9. tidak ada yang melarang anda untuk bersikap egois
10. bisa mengejar impian karir setingginya
11. anda mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mencoba hal-hal baru
12. bisa backpacking keliling dunia
13. menikmati asyiknya menjadi diri sendiri
14. bisa tinggal di rumah orang tua gratis tanpa merasa bersalah
15. tidak bergantung pada orang lain

so, enjoy your life..

diambil dari majalah chic no.20 -24 sept-8 okt 2008, dengan beberapa perubahan.

masih harus banyak belajar..

umur gue udah lewat dari quarter life. gue masih belum bisa mengatasi hampir semua masalah dalam hidup gue. gue masih harus banyak belajar. gue merasa beberapa bulan kebelakang ini gue sangat arogan. merasa kalo gue benar dan menyalahkan orang lain. padahal, disisi lain, gue sangat tidak menyadari klo gue juga salah.

penyesalan tidak pernah datang diawal. walaupun pada akhirnya gue menyesal akan keputusan yang telah gue buat, tapi gue ga kan pernah menoleh kebelakang lagi. pelajaran hidup terbaru akan selalu gue dapetin setiap detik. terima kasih buat semua orang yang telah memberikan pelajaran tersebut. gue akan selalu berusaha melihat hal hal yang tidak terlihat.

Umur + Pengalaman = Dewasa?

Kata orang, umur hanya berupa angka, tidak bisa dijadikan tolak ukur sebuah kedewasaan. Gue setuju dalam beberapa hal, ga setuju juga dalam beberapa hal. Dewasa itu tolak ukurnya apa sih? Menurut gue siy dewasa itu lebih ke bijaksana, matang dan bertanggung jawab. Dewasa juga bisa dilihat dari pembawaan dan cara seseorang mengambil keputusan. Kadang kedewasaan juga terlihat dari sikap seseorang sehari hari.

Okey, contoh kasus. Gue punya beberapa teman yang umurnya melebihi gue, sepantaran sama gue dan lebih muda dari gue. Gue seneng ngamatin mereka. Temen yang umurnya lebih tua dari gue kadang bisa terlihat sangat kekanakan, tapi itu hanya sepersekian dari kedewasaannya dia. Latar belakang, masa lalu dan keluarga sangat penting membentuk karakter dan pribadi seseorang menjadi sekarang yang gue kenal. Gue punya beberapa teman yang broken home, ada yang umurnya diatas gue ada juga yang dibawah gue. Salah satu temen yang umurnya dibawah gue terlihat mencoba mengambil alih peran ayahnya untuk membantu ibu dan adik adiknya. Temen gue yang lain yang seumur sama dia lebih condong memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Dia ga terlalu perduli sama rumahnya apalagi sama orang disekitarnya.

Dewasa dan umur memang tidak selalu berbanding lurus apalagi berbanding terbalik. Sadarkah kita bahwa pengalaman lebih berperan besar dalam hal ini? Sekali lagi ini dapat terlihat dari cara seseorang mengambil keputusan. Seorang ustadz pernah berkata, “hidup itu adalah masalah”. Yup, it’s totally right! Menurut gue, bagaimana cara kita mengatasi masalah yang menimpa kita itulah yang dapat dijadikan tolak ukur sebuah kedewasaan.

Saat ini, masalah dalam hidup gue semakin numpuk dan menggunung. Ini berarti sudah waktunya gue untuk melakukan perjalanan, bersilaturahmi dengan orang – orang yang tidak gue kenal sebelumnya, untuk mencari banyak ilmu, jawaban atas suatu hal yang belum ditemukan. Sepertinya, gue juga belum masuk kategori dewasa karena pengalaman gue masih setitik debu di padang pasir..

Naik Angkot (lagi)

angkot a.k.a angkutan kota adalah transportasi paling favorit di kota Bandung. Bandung, kota yang tidak terlalu besar, dan memiliki jalan raya dengan lebar sempit. Menurut gue, karena alasan itulah transportasi yang paling cocok ya angkot. jaman gue kuliah dulu, mu naek angkot tuh penuh perjuangan, apalagi kalo dapet jadwal kuliah pagi. di terminal Cicaheum, jam 6 tuh angkot udah jarang, terutama jalur jalur yang banyak ngelewatin perkantoran dan sekolahan. sampe kejar-kejaran ma berebutan tuh mu dapetin angkot biar ga kesiangan. kejadian itu udah berlalu hampir 9 tahun yang lalu.

beberapa tahun terakhir, pengguna sepeda motor mulai meningkat. seiring dengan itu, pamor angkot pun makin menurun. pemandangan berebutan naek angkot udah lama ga kelihatan lagi. katanya orang siy, mereka lebih memilih naek sepeda motor karena bisa nyelip nyelip klo macet, jadinya waktu tempuh ke tempat tujuan mereka bisa dipersingkat. dampaknya, angkot angkot jadi pada kosong dan susah buat dapetin penumpang. ngetem berjam-jam disetiap perempatan udah lumrah keliatan di sepanjang jalan. supir angkot bilang, mau bayar setoran pun kadang mereka nombok karena memang penumpangnya sedikit, dengan alasan itulah mereka rela ngetem sampe mobil mereka penuh. okey, kembali fokus ke gue.

hari Sabtu kemaren, gue punya janji ketemu sama temen. berhubung motor gue lagi dipinjem sama kakak, jadinya gue naek angkot. angkot menuju terminal Cicaheum siy masih dalam waktu tempuh normal, yang ga normal pas naek angkot menuju tempat tujuan. angkotnya ngetem lama, maju mundur, sampe tuh mobil belum penuh dia ga mau jalan. angkot kijang itu penuh sesak, pengap, ditambah ada yang merokok, ada anak kecil yang rewel, panas, dan yang paling sebel itu sering ada copet. ohh, betapa sangat tidak nyamannya! bener – bener tersiksa! tapi mau gimana lagi, bisa aja siy naek angkot lain, tapi muternya jauh dan pastinya lama.

kita ga bisa nyalahin penumpang yang ogah naek angkot. masalahnya memang yang gue rasain selain ketidaknyamanan adalah ketidakamanan. masalah khas transportasi massal di mana-mana. makanya orang banyak beralih ke sepeda motor, lagi pula sekarang untuk punya sepeda motor gampang dan murah banget.

sebenernya ada satu hal menarik yang gue liat dari keberalihan penumpang angkot menjadi pengendara sepeda motor, yaitu semakin mengentalnya rasa individualisme. peluang kita untuk bersilaturahmi dan bersosialisasi dengan orang lain pun semakin berkurang karena hal itu. rasa toleransi pun gue pikir semakin meluntur akhir akhir ini. semua orang sibuk sama urusannya masing masing. kalo ga penting penting amat dan tidak memberikan keuntungan buat kita, kenapa juga mesti susah susah mikirin masalah orang lain? gitu barangkali yang ada dibenak kita semua, tapi mudah-mudahan salah.. taqabalallahu minna wa minkum..soale, dulu jaman gue jadi angkoters, kadang suka jadi ajang reunian. suka ketemu aja ma temen-temen lama dan bikin heboh di angkot yang ditumpangin. hihi..seru klo inget hal itu..